Jakarta - Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menanggapi asumsi Politisi Partai Demokrat Jansen Sitindaon yang menyebut diskursus mengenai politik aliran atau identitas alias 'Nasakom' menguap kembali.
"Saya pikir itu hanya sekadar gimik politik saja agar membuat orang tertarik dan tetap berada di segmen pemilih masing-masing," ujar Wasisto kepada Tagar, Senin, 8 Juni 2020.
Wasisto pun memberikan contoh, segmentasi pemilih yang dimaksud seperti kalangan pemilih nasionalis dan agamis. Menurutnya, politik identitas memang sedang ramai diperbincangkan.
Baca juga: Isu PKI Menyeruak, Kelompok Cendana Terlibat?
Jansen Sitindaon: Bahasan soal representasi Islam naik, PNI-PNI-an, bahkan PKI-PKI-an juga naik.
Kendati demikian, dia menilai hal tersebut akan kembali normal seusai kontestasi pemilihan umum (Pemilu).
"Secara akademik, politik identitas memang berkembang. Namun, itu hanya sebatas menguat ketika menjelang Pemilu. Selebihnya masyarakat kembali normal," ucapnya.
Baca juga: Gerah Pelabelan Kadrun, PA 212: Mereka neo-PKI
Cuitan Politisi Demokrat Jansen Sitindaon di Twitter soal kerisauan \'Nasakom\' bangkit dianggap gimik politik oleh Pengamat Politik LIPI Wasisto Rahardjo Jati. (foto: Twitter/@jansen_jsp).
Saya pikir itu hanya sekadar gimik politik saja agar membuat orang tertarik dan tetap berada di segmen pemilih masing-masing.
Sebelumnya, Jansen Sitindaon mengungkapkan gejala-gejala yang ia risaukan jikalau masyarakat seperti kembali lagi ke Pemilu 1955 dan setelahnya.
"Bahasan soal representasi Islam naik, PNI-PNI-an, bahkan PKI-PKI-an juga naik," kata Jansen dalam cuitan di akun Twitter @jansen_jsp, Minggu, 7 Juni 2020.
Jansen Sitindaon mempertanyakan apakah hal tersebut pertanda bahwa masyarakat kembali lagi ke politik aliran. Dia menilai munculnya gejala-gejala ideologis tersebur kelihatannya akan membuat kembalinya ceruk pemilih berdasar ideologi semakin besar. []