Sleman - Tiga pria terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Dua orang berada di bawah tenda, sementara satu lainnya membuat lubang pada tanah di dalam polybag atau kantong plastik berwarna hitam.
Sebagian wajah Winardi, 52 tahun, pekerja yang sedang menata dan mengatur polybag, basah oleh keringat. Topi yang menutupi kepalanya tidak mampu menahan teriknya matahari siang itu, Minggu, 6 September 2020.
Jemari tangan kanannya yang memegang cetok (semacam alat pengaduk/penggali tanah atau semen), bergerak lincah membuat lubang berdiameter sebesar kepalan tangannya. Kemudian memasukkan bibit pohon kurma ke dalamnya, dan menimbunnya kembali.
Beberapa bibit pohon kurma yang sudah selesai dipindah, diangkatnya ke tengah-tengah halaman rumah, di Karangasem RT 5 RW 25, Gamelan, Desa Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Polybag berisi bibit kurma itu diletakkan di antara puluhan bibit pohon kurma lain yang seumuran, yakni sekitar empat bulan.
Pekerjaan itu diulangnya beberapa kali, sampai seluruh bibit-bibit pohon kurma selesai dipindahkan.
Pembibitan 2 Jenis Kurma
Dari halaman belakang itu terdengar samar suara beberapa orang sedang berbicara di teras rumah.
Suparyoto, 64 tahun, pemilik kebun pembibitan pohon kurma di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)
Ada sekitar enam atau tujuh orang duduk-duduk di situ. Mereka adalah Suparyoto, 64 tahun, pemilik usaha pembibitan kurma itu, dan serombongan tamu dari Lampung.
Tidak terlalu jelas apa yang sedang dibicarakan, tapi lamat-lamat terdengar mereka sedang bercerita tentang pohon kurma.
Beberapa belas menit kemudian, para tamu itu pulang. Suparyoto mengantar mereka hingga ke pintu, kemudian kembali masuk dan menyapa ramah tanpa membuka masker wajahnya.
Suparyoto lalu menceritakan tentang kebun pembibitan pohon kurma miliknya, yang sampai saat ini merupakan satu-satunya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Suparyoto mengaku mulai mencoba membibitkan kurma sejak tahun 2007. Tapi untuk pengelolaan secara profesional baru dilakukan pada awal tahun 2016.
"Kurma mulai menggeliat di Indonesia tahun 2015. Saya awal 2016. Sebenarnya 2007 saya sudah mulai, tapi belum ada tanggapan masyarakat. 2017 di tiap daerah di Indonesia sudah ada pembibitan kurma," kata Suparyoto.
Saat ini mungkin belum banyak masyarakat yang paham tentang kurma dan pembudidayaannya. Namun dia memperkirakan masyarakat akan mulai paham tentang kurma sekitar tahun 2025.
Ketertarikan Suparyoto terhadap kurma diawali dari kebiasannya membaca Alquran maupun hadits. Dalam hadits, kata dia, kata "Kurma" disebut hingga 400 kali.
Sementara, dalam Alquran, setidaknya ada 20 ayat yang menjelaskan tentang kurma.
Dalam hadits itu ada 400 lebih yang menyebut tentang kurma, 20 ayat lebih yang menyebut kurma. Kebetulan ada teman yang punya prinsip, pokoknya tanam saja, tidak usah pikirkan berbuah atau tidak.
Selanjutnya Suparyoto pun mencoba menanam biji kurma hingga tumbuh menjadi pohon. Tapi, dia hanya memelihara dua jenis kurma, yakni kurma Barhee dan kurma Ajwa.
Pemilihan kedua jenis kurma itu karena dinilai cocok dengan iklim di daerahnya. Selain itu, kedua jenis kurma itu disebutnya merupakan jenis yang paling cepat berbunga dan berbuah.
Bunga kurma betina. Harga bibit pohon kurma betina bisa 15 kali lipat harga bibit pohon kurma yang belum diketahui jenis jantan atau betinanya. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)
"Kalau untuk di Indonesia yang direkomendasikan itu Ajwa sama Barhee. Barhee itu kelebihannya buah mudanya manis, produksi paling tinggi dan tidak terlalu lama berbuah. Di tempat saya paling cepat dua tahun sembilan bulan," ujar Supayoto menceritakan.
Sedangkan untuk kurma jenis Ajwa, lanjut Suparyoto, lebih cepat lagi, yakni satu tahun delapan bulan sudah berbunga. Itu dihitung dari semai bijinya.
"Kurma ada yang setiap bulan keluar buahnya, ini yang Ajwa, mulai berbuah umur 26 bulan ini. Biasanya setiap bulan keluar bunganya," kata dia.
Pohon Mandul Tak Berbunga
Suparyoto melanjutkan, biasanya pohon kurma mulai berbunga pada bulan Agustus hingga Oktober, dan dipanen pada Desember hingga Januari. Namun bulan ini baru beberapa batang pohon kurma yang berbunga.
"Sekarang pas belum berbuah. Saya ada tiga pohon yang pernah berbuah, tapi sekarang lagi nggak musim."
Dengan sebagian wajah masih tertutup masker, Suparyoto menuturkan, selama ini ada keraguan di masyarakat tentang pohon kurma yang berbunga dan berbuah di Indonesia. Keraguan semacam itu membuat orang enggan berspekulasi untuk menanam pohon kurma.
Ada yang mengatakan bahwa kurma hanya bisa tumbuh di tanah yang kering, dll. Menurutnya, asumsi itu tidak benar.
"Kurma itu justru rakus matahari, pupuk, dan air. Semakin banyak matahari, semakin banyak pupuk, dan semakin banyak air maka makin bagus. Artinya ya secukupnya, jangan berlebihan," kata Suparyoto lagi.
Bahkan, sifat pohon kurma disebutnya mampu menarik air dari dalam tanah. Sehingga jika ada perkebunan kurma yang cukup luas, tidak jarang timbul mata air.
Mengenai kekhawatiran tentang kurma tidak bisa berbuah di Indonesia, dia mengakui bahwa memang ada pohon kurma yang tidak bisa berbuah. Tetapi itu bukan hanya di Indonesia saja. Pohon kurma yang tidak berbunga dan berbuah adalah jenis pohon kurma yang mandul.
"Kurma ada tiga macam, jantan, betina, dan mandul. Itu kan tidak berbuah karena kurma mandul."
Winardi, 52 tahun, sedang memindahkan bibit pohon kurma ke dalam polybag berukuran sedang, Minggu, 6 September 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)
Kurma yang bisa berbuah hanya kurma betina. Sedangkan kurma jantan hanya bisa berbunga saja. Jenis kurma jantan atau betina bisa diketahui dari bentuk bunganya.
Bunga kurma betina terlihat seperti bunga melati yang masih kuncup. Sementara bunga kurma jantan justru mekar.
"Kalau dari biji belum diketahui apakah itu jantan atau betina. Yang valid diketahui saat sudah keluar bunganya," ucap Suparyoto.
Walaupun bunga kurma jantan tidak bisa menjadi buah, tetapi bunga itu beemanfaat untuk membantu penyerbukan bunga kurma betina. Jika penyerbukan tidak dibantu dengan bunga jantan, hasilnya tidak akan maksimal.
"Bisa banyak yang rontok, kecil. Kalau mau maksimal diserbuki bunga jantan. Prosesnya seperti salak. Bunga jantan tahan disimpan sampai tujuh bulan," dia menambahkan.
Proses Pembibitan
Saat ini Suparyoto memiliki puluhan bahkan ratusan pohon kurma. Sebagian telah dikirimkannya pada para pelanggan, yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia.
Untuk mendapatkan bibit pohon kurma, dibutuhkan beberapa tahapan. Mulai dari penyemaian biji kurma hingga menjadi pohon kurma siap tanam.
Tahap pertama, yakni penyemaian, dibutuhkan waktu sekitar sepekan sejak biji disemai hingga menjadi kecambah.
Setelah itu kecambah kurma tersebut ditanam dalam polybag kecil selama 21 hari. "Kurma itu yang tumbuh akarnya dulu baru daunnya. Jadi kalau rimbun, kelihatan daun berarti akarnya sudah 40 sentimeter," kata Suparyoto.
Saat berusia empat hingga enam bulan, bibit dalam polybag kecil itu dipindahkan ke polybag lebih besar, yakni ukuran 45. Setahun kemudian barulah pohon itu siap ditanam di tanah.
Jarak ideal antarpohon kurma di perkebunan idealnya 6 meter. Tapi Suparyoto hanya memberi jarak sekitar tiga meter antarpohon, sebab lahan yang ada masih terbatas.
"Di sini lahan pembibitan 1.300 meter, kalau yang kebun pembesaran 2 ribuan meter. Kurma produksi maksimal antara usia 15 tahun hingga 150 tahun. Umurnya pohon sampai 200 tahun," ucapnya.
Bibit kurma berusia enam hingga tujuh bulan dipatok seharga Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu, sedangkan usia satu tahun dibanderol seharga Rp 500 ribu.
Tapi harga itu bisa meningkat drastis hingga 15 kali lipat jika pohonnya sudah berbunga dan bunganya adalah bunga pohon betina.
Keuntungan yang cukup menggiurkan dari pembibitan pohon kurma tersebut, diharapkan mampu meningkatkan minat para pemuda untuk menjadi petani.
"Saya tanam kurma karena ingin meningkatkan generasi muda yang mau jadi petani. Sekarang cari pemuda yang niat jadi petani itu nggak ada. Dengan adanya alternatif ini diharapkan mereka mau. Kalau ada yang sudah jelas berhasil, pasti mereka berminat," katanya berharap.
Meski terlihat cukup sederhana dalam seluruh tahapan pembibitan, pohon kurma memiliki beberapa musuh dan penyakit. Salah satunya yang paling merugikan adalah kumbang penggerek.
Kumbang berwarna hitam ini akan merusak pelepah dan batang pohon kurma. Untuk mengantisipasi, Suparyoto memasang jaring halus di sekeliling lahan pembibitannya.
Selain itu, dia juga memasang jebakan untuk kumbang-kumbang itu dengan semacam cairan yang aromanya menarik kumbang untuk mendekat.

Cairan dalam wadah transparan itu dimasukkan ke dalam ember plastik, kemudian di gantung di tiang yang ada di sekitar lahan pembibitan. Biasanya kumbang-kumbang itu masuk dan tidak bisa kembali keluar.
"Dia nggak bisa terbang lagi karena ada sudut tertentu untuk bisa terbang, tidak seperti helikopter yang bisa langsung naik."
Selain kumbang, jamur pada daun dan akar pohon kurma juga cukup mengganggu. Jamur itu, kata Winardi, menyebabkan daun pada bibit pohon kurma menjadi keriting dan sulit berkembang. Tapi itu bisa diatasi dengan fungisida.
"Biasanya kalau jamur cukup disemprot," kata Winardi sambil menunjukkan contoh daun yang keriting. []