Jakarta - Jejak kaki manusia yang diperkirakan berusia 120.000 tahun telah ditemukan di Arab Saudi. Kumpulan tujuh jejak kaki manusia, ditemukan di sekitar danau kering kuno di wilayah utara Tabuk, menjadi bukti kehadiran manusia paling awal di jazirah Arab.
Para ahli percaya itu adalah jejak kaki setidaknya dua orang. Menurut mereka, temuan bersejarah ini dapat membantu memahami rute perjalanan manusia yang keluar dari Afrika.
Baca Juga: Arab Ingin Solusi yang Adil untuk Masalah Palestina
Seperti diberitakan dari laman newsky.com, penelitian baru menunjukkan rute pedalaman, mengikuti danau dan sungai meninggalkan benua Afrika, mungkin sangat penting bagi manusia.
"Jejak kaki adalah bentuk unik dari bukti fosil yang memberikan gambaran waktu, biasanya mewakili beberapa jam atau hari, resolusi yang cenderung tidak kita dapatkan dari catatan lain," kata Mathew Stewart dari Institut Max Planck untuk Ekologi Kimia.

Menurut para peneliti, jejak kaki itu milik manusia modern. Hal itu berdasarkan perawakan dan massa. Mereka, bukan Neanderthal, yang tidak diketahui berada di wilayah tersebut pada saat itu.
"Kami tahu manusia mengunjungi danau bersamaan dengan hewan-hewan. Luar biasa untuk daerah tersebut, tidak ada peralatan batu," tutur Steward.
Jejak kaki gajah dan hewan lain juga diidentifikasi bersama 233 fosil. Saat itu, jazirah Arab terdiri dari gurun luas yang tidak akan dapat dihuni oleh manusia purba dan hewan yang mereka buru.
Namun, selama dekade terakhir, para peneliti telah menemukan bahwa daerah tersebut mengalami kondisi yang jauh lebih hijau dan lembab karena variasi alami dalam iklim.
Richard Clark-Wilson, dari Royal Holloway, Universitas London, mengatakan pada waktu-waktu tertentu di masa lalu, gurun yang mendominasi bagian dalam semenanjung berubah menjadi padang rumput yang luas dengan danau dan sungai air tawar permanen.
Baca Juga: Arab Izinkan Pesawat UEA Terbang di Wilayahnya
“Kehadiran hewan besar seperti gajah dan kuda nil, bersama dengan padang rumput terbuka dan sumber daya air yang besar, mungkin telah membuat Arab utara menjadi tempat yang sangat menarik bagi manusia yang bergerak di antara Afrika dan Eurasia,” ucap Michael Petraglia, dari Max Planck Institute for the Ilmu Sejarah Manusia. []