Mataram - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menegaskan kesiapan Jepang dalam menanggulangi sektor ekonomi yang merosot akibat penurunan permintaan global dan perpanjangan masa darurat lokal selama pandemi virus corona Covid-19 yang mewabah di Negeri Matahari Terbit itu.
Dilansir dari News.com.au, melalui pertemuan dengan anggota parlemen oposisi pada Senin, 11 Mei 2020, Abe membeberkan beberapa langkah tambahan pemerintah Jepang dalam membenahi sektor perekonomian. Selain itu, dia juga menyatakan kesiapan pemerintah dalam penyusunan anggaran untuk mewujudkan langkah-langkah tersebut.
Jika kami memutuskan bahwa langkah-langkah tambahan itu dibutuhkan, kami akan mengambil tindakan berani dan tepat waktu.
Baca Juga: Alasan Kesehatan, Perdana Menteri Shinzo Abe Mundur
Beberapa langkah tersebut di antaranya, bantuan kepada sejumlah perusahaan untuk membayar uang sewa, dukungan kepada para siswa yang kehilangan pekerjaan paruh waktu. Selain itu juga tambahan subsidi kepada perusahaan lainnya yang mengalami kerugian akibat pandemi Covid-19.

"Jika kami memutuskan bahwa langkah-langkah tambahan itu dibutuhkan, kami akan mengambil tindakan berani dan tepat waktu," ujar Abe saat ditanya perihal penyusunan anggaran untuk mendanai langkah-langkah tersebut.
Meski begitu, Abe belum bisa memastikan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk mewujudkan langkah tersebut. Hal itu, menurutnya, tergantung dari berapa banyak prefektur yang siap mengakhiri masa kondisi darurat di wilayahnya masing-masing.
Saat ini kondisi darurat masih diberlakukan di 34 prefektur. Guna mewujudkan serta memperluas cakupan penerapan langkah-langkah perbaikan sektor perekonomian itu, pemerintah Jepang berencana untuk mengakhiri masa kondisi darurat di sejumlah prefektur lebih awal.
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk membantu perusahaan mempertahankan bisnis mereka dan melindungi pekerjaan," ucap Abe.
Sebelumnya, pemerintah Jepang telah menyusun paket stimulus ekonomi sebesar US$ 1,1 triliun pada April 2020. Anggaran tersebut diperuntukan kepada setiap rumah tangga serta usaha-usaha kecil yang dirugikan oleh pandemi Covid-19.
Baca Juga: Dampak Covid-19, Jepang Alami Resesi Ekonomi
Sementara itu, anggota parlemen oposisi, Yuichiro Tamaki mendesak Abe untuk mengerahkan pengeluaran baru sebesar 100 triliun yen. Sejumlah analis memperkirakan pengeluaran tambahan tidaklah cukup, mengingat utang publik Jepang yang sudah sangat besar, dua kali lipat ukuran ekonominya. Bahkan, ekonomi Jepang diprediksi akan menyusut untuk kuartal kedua dalam tiga bulan pertama di tahun ini.