Jakarta - Beberapa sekutu terbesar dan terdekat Amerika Serikat (AS) di Eropa, Asia, dan Timur Tengah dengan cepat mengucapkan selamat kepada Joe Biden. Namun, ada beberapa pemimpin negara yang memilih menahan ucapan selamat mereka. Siapa saja mereka? Melissa Sou-Jie Van Brunnersum melaporkan di dw.com/id.
Presiden Cina Xi Jinping (Foto: dw.com/id)
Presiden Cina Xi Jinping. Beijing mengatakan bahwa pihaknya menahan untuk tidak mengomentari hasil pemilu AS sampai semua hasil legal telah diresmikan. “Kami tahu bahwa Tuan Biden telah mengumumkan kemenangan,” kata juru bicara kementerian luar negeri Cina Wang Wenbin dalam sebuah jumpa pers. “Kami memahami bahwa hasil pemilihan presiden AS akan ditentukan mengikuti hukum dan prosedur AS,” tambahnya.
Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: dw.com/id)
Presiden Rusia Vladimir Putin. Juru bicara Putin, Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa Kremlin akan menahan diri untuk tidak mengomentari kemenangan Biden sampai gugatan hukum terhadap pemilu diselesaikan dan hasilnya sudah resmi. “Ada prosedur hukum yang muncul di sana, yang diumumkan oleh presiden petahana, oleh karena itu situasinya berbeda, jadi kami rasa hal yang benar adalah untuk menunggu pengumuman resmi.”
Presiden Brasil Jair Bolsonaro (Foto: dw.com/id)
Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Bolsonaro mengatakan dia akan jadi pemimpin pertama yang beri selamat kepada Trump. Tapi ia bungkam tentang kemenangan Biden. “Saya pikir presiden sedang menunggu keruwetan atas (tuntutan) kecurangan perhitungan suara ini diselesaikan,” kata Wakil Presiden Hamilton Mourao. Bolsonaro akan memberi selamat kepada Biden “pada waktu yang tepat” dan melihat apa yang terjadi dengan tuntutan hukum Trump.
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador (Foto: dw.com/id)
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador. Lopez Obrador mengatakan bahwa dia terikat oleh konstitusi untuk memberi ucapan selamat kepada pemenang sampai sengketa hukum diselesaikan. “Bagaimana bisa seorang presiden Meksiko menjadi hakim dan berkata: ‘Kandidat ini menang’?” kata lopez Obrador pada sebuah jumpa pers. Dia sempat menyebut Biden sebagai “presiden terpilih potensial”, sembari menekankan bahwa Meksiko tidak memihak.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Foto: dw.com/id)
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Di bawah kepemimpinan Joe Biden, Erdogan mungkin tidak akan bisa lagi memengaruhi keputusan Gedung Putih lewat panggilan telepon sederhana seperti yang biasa dia lakukan dengan Trump. Meski begitu, dalam komentar Turki pertama sejak kemenangan Biden, Wakil Presiden Fuat Oktay mengatakan Turki akan terus bekerja dengan pemerintah AS yang baru mengenai isu-isu yang berkaitan dengan sekutu NATO.
Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un (Foto: dw.com/id)
Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un. Masih belum ada tanggapan dari Kim atas hasil proyeksi kemenangan Biden. Media Korea Utara bungkam tentang pemilu AS pada Senin (9/11). Tetapi perlu dicatat, Pyongyang juga tidak menyebutkan kemenangan Donald Trump pada tahun 2016 hingga dua hari setelah pemilu. Di masa lalu, Kim menyebut Biden “orang bodoh dengan IQ rendah”. Biden, sementara itu menggambarkan Kim sebagai “preman”.

Perdana Menteri Slovenia Janes Jansa. Pemimpin Partai Demokrat Slovenia yang secara prematur memuji Trump sebagai pemenang pemilu jauh sebelum penghitungan suara selesai, belum memberi selamat kepada Biden. Pemimpin sayap kanan anti-imigrasi itu berulang kali menuduh Partai Demokrat melakukan kecurangan atas perhitungan suara. Meksi begitu, dia menuliskan cuitan bahwa Slovenia mengharapkan “hubungan persahabatan” dengan AS. (pkp/gtp)/dw.com/id. []