Kalimat “orang jahat adalah orang baik yang tersakiti” tiba-tiba jadi ngetren. Adalah Joker, sebuah film yang jadi box office saat ini di layar bioskop di seluruh dunia. Film ini menceritakan asal muasal musuh utama Batman, Joker.
Joker yang disutradarai Todd Phillips ini berfokus pada perjalanan sosok komedian gagal, Arthur Fleck (dibintangi Joaquin Phoenix), pria yang diabaikan oleh masyarakat dan berubah menjadi penjahat yang sangat keji.
Arthur tumbuh dari masyarakat kalangan bawah yang terus gagal untuk meraih kesuksesan dalam profesinya sebagai badut. Hidupnya kerap dirundung pilu.
Kala berusaha menghibur seorang anak kecil di dalam bus, ia dihardik oleh ibu si anak karena dianggap mengganggu. Arthur Fleck tampak terbiasa diperlakukan tak adil oleh lingkungan sekitar.
Joker. (Foto: standard.co.uk)
Begitu banyak kekecewaan yang membuatnya menjadi pribadi pahit dan akhirnya, berubah menjadi pembunuh. Arthur mengubah identitas dirinya dengan menjadi Joker, menampilkan pribadi baru yang jahat.
Joker adalah potret warga kelas bawah yang dirampas semua kemanusiaannya oleh pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Ia seperti lebih dekat dengan diri kita, orang sipil kebanyakan.
Jika setelah menonton Joker bikin orang menyimpulkan orang jahat adalah orang baik yang disakiti, kisah Naruto membuktikan sebaliknya.
Naruto, salah satu manga dan anime terkenal dari Jepang. Ia anak yatim piatu. Ayah dan ibunya mati dibunuh oleh Kyuubi, rubah ekor 9 yang saat itu menghancurkan Desa Konoha, domisili Naruto.
Baca juga: Manuver Menggagalkan Pelantikan Jokowi
Karena Kyuubi sangat berbahaya, ia pun disegel. Disegel di mana? Di tubuh Naruto! Karena keberadaan makhluk laknat Kyuubi di dalam tubuhnya, Naruto pun menjadi anak yang dijauhi hampir seluruh warga Desa Konoha. Naruto tidak hanya dianggap sebagai anak setan, tapi anak rajanya setan.
Jangankan mau ngajak main, anak yang mendekati Naruto saja pasti akan dilarang oleh orang tuanya. Dalam perjalanan hidupnya, Naruto selalu disakiti dan dikhianati teman-temannya. Intinya, meski dibombardir dengan segala hal-hal buruk, Naruto tetap jadi orang baik, tidak beralih menjadi jahat.
Naruto. (Foto: polygon.com)
Ia tetap menjadi orang baik karena punya tekad kuat. Tekad Naruto yang bercita-cita menjadi Hokage membuatnya tidak memedulikan ketragisan hidupnya maupun perlakuan buruk orang lain padanya. Ia hanya fokus pada dirinya dan mimpinya. Hal itu pada akhirnya justru membuat orang-orang tertarik padanya dan semakin menjadikannya orang baik.
Lantas apa hubungannya dengan Jokowi?
Jokowi, jika dibandingkan dengan tokoh fiksi Joker dan Naruto ini, juga berasal dari kelas bawah. Dengan kesulitan hidup yang dialami, ia terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan sehari-hari. Saat anak-anak lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk tetap berjalan kaki. Jokowi kecil bahkan pernah mengalami rumahnya digusur sebanyak tiga kali.
Kesederhanaan, kejujuran, dan tekadnya yang kuat untuk maju mengubah jalan hidupnya. Ia menjadi Wali Kota Solo, Jawa Tengah. Kemudian menapak naik menjadi Gubernur DKI Jakarta tahun 2012. Tahun 2014, jalan hidup membawanya memenangkan Pemilihan Presiden dan menjadi Presiden RI periode 2014-2019. Ia kembali menang untuk periode kedua 2019-2024.
Posisinya sebagai Presiden RI tak lantas membuat Jokowi mendapat puja-puji. Bahkan, mungkin dalam sejarah presiden di Indonesia, Jokowilah yang paling banyak mendapat makian, berita hoaks, dan segala macam fitnah. Dia dituduh bukan Islam, antek Cina, PKI, dan lain sebagainya.
Kenapa Jokowi kerap mendapat serangan seperti itu? Bisa jadi karena dia terlalu jujur dan tidak kenal kompromi. Latar belakangnya yang berasal dari keluarga sederhana dan fisiknya yang kerempeng mungkin juga tak disukai banyak kalangan, apalagi mereka yang berasal dari keluarga ningrat.
Lantas, apakah Jokowi berubah meski dimaki dan difitnah terus-menerus? Tidak, dia tetap menjadi orang baik, jujur, dan sederhana. Dia tetap tersenyum kepada semua orang. Dia tetap menjadi orang baik karena punya tekad kuat dan fokus pada mimpinya, membuat Indonesia lebih baik dan sejahtera.
Lihatlah bagaimana misalnya dalam RUU KUHP yang diminta ditunda. Jokowi minta agar pasal penghinaan kepada presiden dihapus. Dia tak ingin ada orang yang dihukum karena menghina presiden.
Jokowi bukan Joker yang berubah jadi jahat atau diktator. Dia adalah Naruto yang pada akhirnya justru membuat orang-orang tertarik padanya dan semakin menjadikannya orang baik. []
Penulis: Fetra Tumanggor