Jokowi dan Anies Baswedan Mesti Padu Hadapi Covid-19

Pengamat Politik LIPI Wasisto Raharjo Jati berharap Presiden Jokowi dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mesti padu hadapi Covid-19.
Jokowi dan Anies Baswedan dalam sebuah kesempatan ketika pemilihan presiden 2014. (Foto: Istimewa)

Jakarta - Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersinergi terhadap upaya pencegahan dan penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Meski dia soroti ada miskoordinasi antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Wasisto melihat Jokowi dan Anies Baswedan sama-sama memiliki misi mulia dalam membendung penyebaran virus corona.

Yang saya sesalkan itu ya respons dan perspektif Pemerintah Pusat dan daerah yang tidak segera tanggap soal bencana.

"Saya pikir ada semacam "kompetisi" antar keduanya dalam penanganan persoalan ini. Respons pemerintah pusat yang lamban soal corona kemudian ditangkap Anies tuk mengeluarkan kebijakan daerah. Sementara Anies sendiri buat kebijakan yang belum memerhatikan daya dukung personel yang kuat. Namun, sepertinya kedua sudah bersinergi" kata Wasis kepada Tagar, Sabtu, 21 Maret 2020.

Baca juga: Anies Baswedan: Jakarta Status Tanggap Darurat Covid-19

Kendati demikian, dia juga menyoroti kebijakan Anies yang memberikan efek kejut kepada penduduk DKI. Di mana mantan Menteri Kebudayaan dan Pendidikan (Mendikbud) itu mengurangi tranportasi umum secara ektrem, sehingga membuat masyarakat antre mengular pada hari pertama pemberlakuan kebijakan.

"Harusnya dalam situasi saat ini ya angkutan umum ditambah, bukan dikurangi. Pembatasan angkutan di negara maju dilakukan karena pemerintahnya sudah mengeluarkan kebijakan social distancing jauh-jauh hari, sehingga secara bertahap mengurangi jumlah penumpang ke kantor atau sekolah," ujarnya.

Kemudian, kebijakan tanpa melakukan sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat juga dinilai belum diterapkan Pemprov DKI dan Pemerintah Pusat. Sehingga, masih banyak masyarakat yang belum paham betul apa konsep yang disodorkan para petinggi negara itu.

"Pemerintah cenderung parsial dalam mengeluarkan kebijakan tanpa kasih sosialisasi tata tertib, misal jarak antre per penumpang minimal 1,5 meter dan pengaturan jarak per penumpang dalam angkutan," kata pria kelahiran Yogyakarta ini.

Dia berpendapat, hingga kini masyarakat dan pemerintah belum kompak dalam memerangi Covid-19. Dia sangat menyayangkan, rakyat Indonesia bak menutup telinga, tak mengindahkan imbauan pemerintah terkait social distancing dan masih banyak hal yang lainnya.  

"Nah yang bikin saya heran itu adalah tidak adanya sinergi pola pikir antara masyarakat dan pemerintah soal virus. Sementara masyarakat kita juga cenderung berpikir simpel dengan cuman pakai masker dan hand sanitizer sudah oke. Tapi itu kan hanya langkah preventif. Mereka masih cenderung cuek dan nurutin ego masing-masing," ucapnya.

Baca juga: Jakarta Darurat Covid-19, Anies Sorot Driver Ojek

Selain itu, dia pun menyoroti kebijakan yang ada di Tanah Air dalam menghadapi Covid-19 masih belum baik, menyoal informasi kesehatan bagi masyarakat.

"Masalahnya di Indonesia adalah, semua kebijakan itu serba campur aduk. Tidak ada semacam ukuran yang jelas kapan kebijakan ini berlaku atau ditambah levelnya. Hal lain yang saya soroti adalah tidak adanya layanan informasi kesehatan jelas di Tanah Air," ujar Wasisto.

Di matanya, Anies Baswedan saat ini tidak sedang mencari momentum untuk menuju Pemilihan Presiden 2024. "Saya pikir juga tidak. Bicara pilpres saat ini juga tiada guna, karena semua perhatian tertuju pada persoalan virus," ucapnya.

Pemerintah pusat dan daerah, kata dia, juga tidak responsif dalam menanggapi penanganan bencana nasional non-alam tersebut.

"Yang saya sesalkan itu ya respons dan perspektif Pemerintah Pusat dan daerah yang tidak segera tanggap soal bencana. Mungkin karena selama ini kita terbiasa dengan penanganan bencana alam, jadi belum punya cukup perspektif soal bencana tak tampak seperti sekarang," kata Wasisto. []

Berita terkait
Tak Ada Salat Jumat di Istana Karena Arahan Anies
Tidak digelarnya salat Jumat di Masjid Baiturrahim yang berada di Kompleks Istana Kepresidenan karena arahan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Anies Baswedan Minta Salat Jumat Ditiadakan 2 Pekan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, meminta kepada warga ibu kota agar Salat Jumat ditiadakan sementara waktu hingga 2 pekan mendatang.
Anies Baswedan Minta Peribadatan Agama Dilakukan di Rumah
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengeluarkan seruan Gubernur Nomor 4 Tahun 2020 tentang Menjaga Jarak Aman Antar Warga (Social Distancing).
0
Natur-E Rayakan 45 Tahun Memberdayakan Wanita dengan Kecantikan Luar Dalam
Sri Annisa Shaliyasih, Brand Manager Natur-E menjelaskan fakta-fakta tersebut muncul dari survei kualitatif yang dilakukan oleh Natur-E.