Jakarta - Jumlah pasien Covid-19 yang meninggal di seluruh dunia mencapai lebih dari 200 ribu orang. Menurut data Johns Hopkins University, Sabtu, 25 April 2020, jumlah kasus positif yang terkonfirmasi mencapai lebih dari 2,8 juta.
Banyaknya jumah kematian itu disumbang dari Amerika Serikat, yang berdasarkan data terakhir mencapai lebih dari 50 ribu orang. Tingginya kematian di AS membuat Negeri Paman Sam itu sekarang menjadi pusat episentrum penyebaran Covid-19.
Amerika Serikat, Italia dan Spanyol mencatat jumlah kematian tertinggi dunia.
Baca Juga: 60 Kasus Baru Corona di Kapal Pesiar Costa Atlantica
Seperti diberitakan dari BBC News, Minggu, 26 April 2020, lima negara melaporkan jumlah kematian di atas 20.000 meskipun cara kematian dihitung sangat bervariasi. AS, Italia dan Spanyol mencatat jumlah kematian tertinggi dunia. Departemen Kesehatan Inggris mengumumkan pada hari Sabtu bahwa lebih dari 20.000 orang kini meninggal akibat virus corona di rumah sakit Inggris.
Untuk menekan penyebaran virus, Gubernur negara bagian New York, Andrew Cuomo mengatakan akan mengizinkan apotek independen untuk melakukan tes Covid-19. Ia juga akan memperluas skrining untuk antibodi di empat rumah sakit.
Menteri Dalam Negeri Priti Patel Inggris menggambarkan tingginya korban Covid-19 itu sebagai "tonggak sejarah yang tragis dan mengerikan" dan mengatakan "seluruh bangsa sedang berduka". Data harian di Inggris tidak termasuk orang yang meninggal di rumah atau di panti jompo, angka sebenarnya pasti lebih tinggi.

Beberapa (negara) yang terkena dampak awal pandemi, malah sekarang mulai tinggi lagi angkanya.
Prancis, yang memasukkan kematian di panti jompo dalam statistiknya, menyebutkan bahwa jumlah korban meningkat 369 orang pada hari Sabtu. Ada 22.614 pasien Covid-19 yang meninggal sejak awal Maret. Namun, pejabat kesehatan Prancis menyatakan bahwa tingkat kematian di rumah sakit menurun, dan jumlah orang dalam perawatan intensif telah menurun selama tujuh belas hari berturut-turut.
Awal pekan ini, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus menyoroti tren peningkatan kasus Covid-19 di Afrika, Eropa Timur, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Sementara sebagian besar epidemi di Eropa Barat tampaknya stabil atau bahan menurun.
Namun bagi banyak negara justru baru terjadi penyebaran COvid-19. "Beberapa (negara) yang terkena dampak awal pandemi, malah sekarang mulai tinggi lagi angkanya,"Tedros.
Tedros menyebutkan contoh Singapura, yang pada awalnya dipuji karena keberhasilannya dalam menekan penyebaran virus. Namun setelah itu terjadi lonjakan pasien terinfeksi karena tempat kerja industri dan asrama pekerja yang penuh sesak sehingga sulit menerapkan jaga jarak fisik (physical distancing).
Simak Pula: Covid-19 di 21 Negara Lewati Kasus di Korea Selatan
Sementara pada Sabtu, 25 April, pemerintah China melaporkan tidak ada kematian baru untuk hari kesepuluh berturut-turut.[]