Makau - Industri judi kasino di Makau mencatat penurunan bulanan terburuk di bulan Februari setelah pemerintah China mengisolasi kota untuk menghentikan penyebaran virus corona jenis COVID-19 yang mematikan. Bekas koloni Portugis itu mengambil langkah yang tidak terduga dengan menutup semua sektor hiburan yang menyumbang pundi pemasukan seperti kasino, klub malam dan bar-bar.
Seperti diberitakan dari Channel News Asia, Senin, 02 Maret 2020, pendapatan dari bisnis perjudian anjlok hingga 87,8 persen dibandingkan tahun lalu, menurut data yang dirilis oleh otoritas Makau. Di Makau, tercatat ada 10 korban terkonfirmasi terinfeksi virus corona dan belum ada kasus baru yang terdeteksi selama sebulan terakhir.
Sebagian besar pengunjung adalah orang China daratan yang tertarik melihat kasino di Makau. Pasca merebaknya virus corona yang awalnya terdeteksi di Wuhan,Provinsi Hubei itu, jumlah kedatangan turis semakin merosot. Namun analis menyebutkan bahwa Makau akan segera bangkit kembali.
"Kami tidak berpikir COVID-19 akan mengekang antusias penjudi, sehingga dampaknya pada kekuatan pendapatan industri harus dibatasi," kata JP Morgan Chase& Co dalam sebuah catatan.
Meskipun terjadi penurunan pendapatan, pemerintah Makau meminta pengelola bisnis perjudian tidak merumahkan (PHK) karyawan. Para staf kasino dan penjudi memakai masker untuk menghindari terinfeksi virus corona.

Pendapatan Makau hampir sepenuhnya tergantung pada bisnis perjudian. Perolehan di kasino Makau seminggu lebih tinggi dari Las Vegas selama sebulan. Sektor ini menyumbang 80 persen dari pendapatan pemerintah.
Sejak pertama kali terdeteksi di Wuhan, virus corona telah menginfeksi lebih dari 80.000 orang di China daratan dan98 di Hong Kong. Jumlah korban tewas melonjak dan telah melewati angka 3.000 orang secara global, dengan tambahan laporan kematian baru di Tiongkon sebanyak 42.
Lebih dari 90 persen korban meninggal itu berasal dari Provinsi Hubei, China, lokasi pertama kali virus itu ditemukan akhir tahun lalu. Seperti diberitakan dari BBC News, korban meninggal dengan jumlah cukup besar ditemukan di 10 negara, termasuk di Iran, lebih dari 50 orang dan Italia di atas 30.
Sementara jumlah korban yang terinfeksi di seluruh dunia sudah mencapai 90.000 kasus. Pertumbuhan tercepat ternyata terjadi di luar Tiongkok. Seluruh dunia bisa melihat fakta peningkatan tajam jumlah yang terinfeksi di saat laju pertumbuhan di Tiongkok menurun.[]