Kearifan Lokal Magelang Hadapi Zona Kuning Bencana

Warga Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, mempunyai kearifan lokal dalam menghadapi zona kuning bencana. Ini kisah mereka.
Perbukitan marmer merah di Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, bisa dinikmati saat sunrise maupun sunset sembari menikmati sajian teh dan kopi khas setempat. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Magelang - Menempati wilayah yang rawan bencana tak membuat warga Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, putus asa lantas mengungsi. Justru dengan kondisi itu mereka berkreasi mengemas potensi wisata yang ada dengan kearifan lokal setempat.

“Setiap tahun kalau musim hujan, desa kami rawan banjir dan longsor. Sedangkan musim kemarau rawan kekeringan dan kurang air bersih,” kata Pejabat Sementara (Pjs) Kepala Desa Ngargoretno, Supomo, kepada Tagar saat bertandang ke Ngargoretno, Senin, 19 Agustus 2019.

Ngargoretno adalah satu di antara desa di Kabupaten Magelang yang berada di zona kuning bencana alam. Bukan karena letaknya yang berdekatan dengan Gunung Merapi, tapi lantaran daerah itu berada di kawasan patahan yang rentan memicu pergerakan tanah.

Desa ini secara administratif terbagi menjadi enam dusun. Yakni Dusun Wonosuko, Sumbersari, Wonokerto, Selorejo, Karangsari, dan Dusun Tegalombo.

Jalan Longsor

Sebagian besar wilayah desa berada di punggung Pegunungan Menoreh sisi utara dan sisanya di kaki bukit. Berada di ketinggian, kontur alamnya jelas khas perbukitan dengan dominasi jalan yang menanjak maupun menurun curam.

Tanda-tanda Ngargoretno rawan tanah gerak bisa dijumpai saat Tagar menuju desa tersebut. Menelusuri jalan beraspal penghubung Jawa Tengah-Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut banyak dijumpai titik jalan yang tergerus ke jurang yang berada di bibir jalan.

Padahal jalan tersebut terhitung baru, malah belum genap berumur setahun. Memang, longsor yang terjadi tidak sampai memutus akses transportasi. Namun cukup menyulitkan pengguna jalan, khususnya angkutan umum dan wisata yang berkapasitas besar.

Badan bus atau truk engkel harus berbagi dengan badan jalan yang tercuil karena longsor. Belum lagi saat harus berpapasan dengan kendaraan lain.

Dari kejadian yang sudah lazim tersebut terlihat kedewasaan warga Ngargoretno. Mereka bergotong-royong melakukan perbaikan swadaya dan sebisanya. Kemudian membuat papan rambu bertuliskan 'rawan longsor’ menjelang titik jalan yang tergerus.

Warga enam dusun bersepakat untuk tidak menebang pohon apa pun, khususnya pohon tegakan di sekitar mata air.

Semangat kepedulian diperlihatkan warga setempat. Mereka membantu pengguna jalan yang akan melintas dengan metode buka tutup. Badan jalan digunakan secara bergantian oleh kendaraan yang berlawanan arah.

Mereka tulus membantu. Tidak ada kotak kardus atau kode permintaan uang yang biasa dijumpai di penggalan jalan lain di perkotaan Jawa Tengah. 

“Akses menuju desa kami butuh perhatian dari provinsi karena ini jalan kabupaten yang sempit dan rentan terkena longsor,” ujar dia.

MagelangBudi daya kambing etawa di lereng Menoreh, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menjadi wisata edukasi yang menarik wisatawan asing. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Atasi Kekeringan

Kondisi alam yang kurang bersahabat ini memantik para kaum muda desa untuk berpikir masa depan mereka. Sebab tidak bisa dipungkiri, kerawanan yang ada mempengaruhi kehidupan warga dari sisi perekonomian.

“Ketika musim kemarau, banyak tanaman pertanian mati dan puso sehingga tidak bisa dipanen. Tidak panen maka tidak ada pendapatan,” tutur Supomo.

Didorong motivasi para sesepuh, warga bergerak bersama untuk belajar pengalaman dari desa-desa lain yang bernasib serupa namun bisa lebih maju di kehidupannya.

Kekeringan diakali dengan metode mengalirkan air bersih dari mata air yang berposisi di puncak Menoreh. Air alami itu dialirkan menggunakan pipa paralon, masuk ke bak penampungan. Dari tandon, air selanjutnya disalurkan ke rumah warga pakai selang.

Metode ini sudah diterapkan warga Dusun Karangsari dua tahun belakangan. Kini warga tidak lagi harus berjalan kaki menuju dasar sungai atau puncak bukit hanya demi mendapat satu dua jeriken air bersih.

“Di dusun kami ada tiga tandon, cukup membantu kebutuhan sebagian warga yang berjumlah sekitar 90 kepala keluarga," kata Heri, 37, warga Dusun Karangsari.

Sejak tahun lalu, cerita Heri, juga sudah ada bantuan pemerintah satu sumur bor dan tahun ini satu sumur bor lagi. Sumur ini untuk membantu mengalirkan air ke rumah warga yang tinggal di atas. 

"Alhamdulillah sudah cukup membantu mengatasi kesulitan air bersih,” katanya.

Kearifan lokal untuk bersabar dengan alam nampak nyata pada pengelolaan air bersih. 

Warga enam dusun bersepakat untuk tidak menebang pohon apa pun, khususnya pohon tegakan di sekitar mata air.

“Malah sekarang banyak ditanami pohon aren. Pohon ini pun tidak boleh ditebang. Dideres tidak apa-apa, tapi kalau dipotong tidak boleh,” kata tokoh pemuda Karangsari ini.

Paket Wisata

Urusan air mulai ada tanda solutif, warga desa muncul greget untuk mendapat tambahan penghasilan. Tidak lagi mengandalkan hasil pertanian maupun perkebunan yang hasilnya sangat bergantung dengan cuaca, musim dan harga di pasar.

Di sinilah peran kalangan muda desa nampak dominan. Potensi alam dan aktivitas asli warisan leluhur dikemas menjadi paket wisata edukasi. Sekaligus sebagai ihtiar warga untuk menghapuskan stigma desa rawan bencana kekeringan, banjir dan longsor.

Potensi yang dimiliki enam dusun disinergikan. Wisata edukasi berbasis pertambangan, pertanian dan peternakan di tiap dusun berkombinasi menjadi one community one product. Pengelolaannya pun dilakukan manajemen modern ditopang dana desa oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

BUMDes Argo Inten namanya. Dinahkodai tokoh pemuda asli Ngargoretno bernama Soim, 38 tahun. 

“Nama saya Soim, lengkapnya Soim saja, tidak ada nama panjang,” ujar dia memperkenalkan diri.

Sesuai dengan ide awal, tiap dusun menampilkan potensi masing-masing. Dusun Wonosuko mengembangkan atraksi budayanya, Dusun Sumbersari yang memiliki potensi tanaman aren mengembangkan wisata edukasi pembuatan gula aren dan gula semut.

Dusun Wonokerto mengembangkan paket wisata edukasi teh sambil menikmati sunrise dan sunset di Pegunungan Menoreh, Dusun Selorejo mengembangkan wisata edukasi peternakan kambing etawa dan susu kambing.

Dua dusun lain mengembangkan dan mengonsep wisata yang tak kalah menarik. Dusun Karangsari yang memiliki potensi marmer merah, mengembangkan wisata museum alam marmer. Serta Dusun Tegalombo mengembangkan wisata edukasi budi daya lebah madu.

Soim mengakui, semula wilayah desanya hanya memiliki potensi alam berupa tanaman cengkeh dan marmer merah. Khusus tanaman cengkeh yang dibudidayakan warga, saat itu hanya bisa dipanen setahun sekali. Karenanya tak mampu menopang kebutuhan harian warga.

Dan sejak dua tahun terakhir pendapatan warga desa yang berpenduduk sekitar 3 ribu jiwa atau 1.024 kepala keluarga (KK) tersebut menunjukkan grafik peningkatan. Ini karena selain masih melakoni pekerjaan awal sebagai petani dan peternak, warga mendapat tambahan pendapatan dari hasil paket wisata.

Juara Jateng

Di bawah komando Soim dan puluhan anak muda lain, Ngargoretno mulai muncul ke permukaan sebagai destinasi penopang Candi Borobudur. Wisatawan lokal hingga asing mulai merambah kawasan desa hingga pelosok.

Dan wisata edukasi yang mulai banyak disukai wasatawan adalah wisata edukasi jenis peternakan. Tidak sembarang hewan ternak, warga memilih kambing etawa, jenis kambing kualitas wahid, sebagai media wisata edukasi.

“Di Dusun Selorejo kami akan ajak wisatawan belajar cara merawat dan memelihara kambing etawa yang dibudidayakan. Ada sekitar 25 warga yang tergabung dalam kelompok tani bernama Ternak Ingon Tani,” jelas dia.

Soim menambahkan, apa yang telah dilakukan oleh peternak kambing etawa di Desa Ngargoretno berbuah manis. Menyabet juara kedua Lomba Ternak Kambing tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2019.

"Salah satu nilai tambah penilaian dewan juri dalam lomba itu adalah peternakan kambing etawa yang dikembangkan dengan wisata edukasi," jelas dia.

Jadi, lanjut Soim, tak hanya belajar beternak kambing etawa, wisatawan juga bisa belajar cara memerah susu kambing etawa yang benar serta menikmati susu kambing etawa segar dalam berbagai variasi penyajian.

"Alhamdulillah, tak hanya wisatawan domestik, wisatawan mancanegara pun banyak yang berkunjung," katanya.

Tak kalah tinggi peminatnya, perpaduan wisata edukasi pemerahan susu kambing etawa, wisata museum alam marmer, dan budi daya madu.

“Khusus wisata alam marmer merah ini memang unik, karena hanya ada di Italia dan satu- satunya di Indonesia, hanya ada di sini, di pegunungan Menoreh, di Ngargoretno ini," katanya mantap.

Dan untuk wisata madu, katanya lagi, wisatawan bisa belajar cara membudidayakan madu secara alami dengan metode khas. Bisa juga menikmati madu asli langsung dari kandang lebah. []

Berita terkait
Di Magelang, Ada Nikah Massal Sambil Panjat Dinding
Sebanyak tiga pasang mempelai menjalani nikah massal di media panjat dinding atau wall climbing.
Teka-teki Pelaku Perusakan Makam Kristiani di Magelang
Beberapa waktu terakhir Kota Magelang dihebohkan aksi perusakan makam di tiga tempat pemakaman umum. Ini pelakunya.
Sentuh Kearifan Lokal, Kaum Muda Kota Magelang Visualisasikan Penyaliban Yesus Bernuansa Jawa
Sentuh kearifan lokal, kaum muda Kota Magelang visualisasikan penyaliban Yesus bernuansa Jawa. Pesan yang hendak diteladani menyangkut Bunda Maria yang taat.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.