Jakarta - Pikiran dan suasana hati berkaitan erat dengan apa yang kita alami sehari-hari. Tapi, ada kebiasaan dan pola berpikir yang mempertajam suasana hati yang buruk. Berikut ini beberapa kondisi berupa kebiasaan (buruk) yang mendorong kerusakan kesehatan mental.
Menarik Diri dari Orang Lain (Foto: dw.com/id)
Menarik Diri dari Orang Lain - Menarik diri dari teman dan keluarga adalah simtom depresi. Tetapi isolasi sosial jika disertai perasaan kesepian terutama akan meningkatkan kemungkinan gangguan kesehatan mental. Walaupun perasaan hati Anda tidak enak, tetaplah berusaha berhubungan dengan orang lain.
Tidak Pernah Sendirian (Foto: dw.com/id)
Tidak Pernah Sendirian - Sama seperti memisahkan diri dari orang lain, jika Anda tidak pernah sendirian, akibatnya juga bisa negatif, ujar pakar psikoterapi Erin K. Leonard PhD. Memiliki waktu untuk sendirian, baik sehari, sejam ataupun hanya 10 menit, sangat penting. Jadi sediakan waktu untuk Anda sendiri, dan lebih penting lagi: harus dilaksanakan.
Menahan Amarah (Foto: dw.com/id)
Menahan Amarah - Amarah dan frustrasi adalah reaksi normal terhadap tantangan hidup. Tapi jika Anda menekan perasaan itu, dan membiarkan dendam serta kesedihan mengakar, akibatnya akan buruk. Penting untuk mengekspresikan emosi negatif, tapi hanya lewat cara yang baik.
Tidak Cukup Tidur (Foto: dw.com/id)
Tidak Cukup Tidur - “Tidur berdampak pada segala hal,” kata Diedra L. Clay, PsyD, dari Bastyr University. Termasuk pada kemampuan emosional dan mental, juga pada fungsi tubuh. Lewat tidur tubuh meregenerasi diri, dan tanpa tidur fungsinya terganggu. Coba telaah mengapa Anda tidak bisa tidur, dan ciptakan lingkungan yang mendukung istirahat.
Tidak Berolahraga (Foto: dw.com/id)
Tidak Berolahraga - Selain mendukung kesehatan tubuh, berolahraga juga jadi kunci memperbaiki suasana hati. Ini juga bisa mengurangi depresi dan perasaan takut, demikian hasil riset. Jika Anda merasa sulit mengikuti jadwal olah raga yang Anda buat, mungkin jadwalnya terlalu ambisius. Sarannya: kaji ulang dan coba sesuaikan lagi.
Bersikap Perfeksionis (Foto: dw.com/id)
Bersikap Perfeksionis - Berusaha mencapai standar yang tidak mungkin dicapai dalam semua hal yang Anda lakukan, baik memasak maupun presentasi proyek, adalah resep manjur untuk terjerumus dalam kekecewaan dan keyakinan diri yang rendah. Jadi tidak heran, perfeksionisme sering dikaitkan dengan masalah kesehatan mental termasuk depresi dan gangguan makan.

Bersikap Pesimistis - Sebaiknya berlatih memfokuskan diri pada hal-hal positif. Membuat daftar tentang hal-hal yang menimbulkan rasa terima kasih bisa membantu. Di samping itu, sejumlah studi menunjukkan, tersenyum bisa membuat orang merasa lebih senang dan optimis tentang situasi sekarang serta masa depan [ml/as (TIME, health.com, psychology today)]/dw.com/id. []