Jakarta – Warga Afghanistan yang bekerja pada program dan proyek yang didanai Amerika Serikat (AS) di Afghanistan menyambut baik program baru yang menawarkan kepada mereka peluang relokasi. Tapi, sebagian analis khawatir program tersebut akan mempercepat “migrasi intelektual” para anak muda Afghanistan yang berpendidikan dari negara mereka.
Departemen Luar Negeri AS, 2 Agustus 2021, mengumumkan program baru yang akan memungkinkan ribuan warga Afghanistan yang mungkin berisiko karena afiliasinya dengan AS di Afghanistan, pindah ke Amerika sebagai pengungsi.
“Ini adalah kesempatan yang baik,” kata Sinah Rawish, seorang warga Kabul berusia 28 tahun, yang sudah bekerja dengan organisasi "Save the Children" di Afghanistan selama empat tahun terakhir. Rawish mengatakan menghadapi "ancaman langsung atau tidak langsung," karena pekerjaannya pada organisasi internasional.

Rawish mengatakan kepada VOA bahwa selama tiga bulan terakhir, ia telah bekerja dari rumah karena situasi keamanan yang memburuk dan kemajuan wilayah Taliban di negara itu.
Mantan penerjemah Afghanistan dalam aksi demo di depan Kedutaan Besar AS di Kabul, Afghanistan, 25 Juni 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)
“Faktanya, perempuan dan laki-laki yang percaya pada demokrasi, hak warga negara dan hak asasi manusia tidak bisa hidup di bawah Taliban,” kata Rawish.
Rawish menyampaikan keprihatinan mengenai keselamatannya saat AS menyelesaikan penarikan sisa pasukannya dari Afghanistan.
Taliban telah merebut lebih dari 150 distrik dalam tiga bulan terakhir. Kelompok militan itu terus menyerang kota-kota Herat, Kandahar dan Lashkar Gah (my/jm)/voaindonesia.com. []