Jakarta - Belum genap setahun perjalanan Kabinet Indonesia Maju, tapi isu reshuffle atau perombakan kabinet sudah berulang timbul tenggelam. Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengumumkan dan melantik susunan kabinet ini pada 23 Oktober 2019. Menteri anggota kabinet yang dilantik di antaranya berasal dari jalur profesional. Mereka dari jalur profesional yaitu Wishnutama Kusubandio, Bahlil Lahadalia, Terawan Agus Putranto, Sri Mulyani Indrawati, dan Nadiem Anwar Makarim.
Pada awalnya banyak kalangan menyambut antusias gegap gempita kehadiran para menteri dari jalur profesional tersebut. Harapan-harapan disampirkan di pundak mereka. Namun, dalam perkembangannya tidak sedikit yang menyampaikan kekecewaan pada kinerja mereka.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati memerinci kelemahan lima menteri Jokowi dari jalur profesional tersebut. Berikut kelemahan para menteri Jokowi dari jalur profesional seperti disampaikan Wasisto kepada Tagar, Rabu, 30 September 2020.
1. Wishnutama Kusubandio (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif)
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak A)
"Mungkin belum cukup pengalaman dalam bernegosiasi langsung dengan aktor politik. Latar belakang lama sebagai seorang jurnalis yang selama ini di belakang layar menjadikan Wishnutama agak kaku ketika menjadi pemutus kebijakan."
2. Bahlil Lahadalia (Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal)
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia. (Foto: Antara/Astrid Faidlatul Habibah)
"Latar belakang Bahlil sebagai mantan aktivis dan praktisi sebenarnya bisa untuk bernegosiasi dengan politisi, hanya saja mungkin jam terbang beliau belum banyak."
3. Terawan Agus Putranto (Menteri Kesehatan)
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)
"Menteri Terawan kurang terbuka kepada publik pada hal-hal yang sifatnya mendesak. Sebagai seorang menteri, beliau seharusnya ada di garis depan."
4. Sri Mulyani Indrawati atau SMI (Menteri Keuangan)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
"Menteri SMI cenderung permisif ketika berhadapan dengan para politisi."
5. Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim. (Foto: Instagram/@nadiem_makarim)
"Menteri Nadiem cenderung idealis tapi tidak diikuti dengan realita di lapangan."
Pada Awalnya Orang Profesional
Wishnutama Kusubandio sebelum jadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah seorang pengusaha. Ia salah satu pendiri NET Mediatama Televisi. Pernah menjadi Direktur Utama Trans 7, Trans TV, NET, dan juga Komisaris Utama NET.
Bahlil Lahadalia sebelum jadi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal adalah Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia yang memiliki 10 perusahaan di berbagai bidang di bawah bendera PT Rifa Capital sebagai holding company.
Terawan Agus Putranto sebelum jadi Menteri Kesehatan adalah seorang dokter militer yang juga menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto dan Ketua Tim Dokter Kepresidenan.
Sri Mulyani Indrawati sebelum jadi Menteri Keuangan pada zaman Presiden Jokowi, adalah Direktur Pelaksana Bank Dunia. Jauh sebelum jadi Menteri Keuangan pada zaman Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, SMI - demikian panggilan akrabnya - dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Nadiem Anwar Makarim sebelum jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah seorang pengusaha. Ia pendiri Gojek, sebuah perusahaan transportasi dan penyedia jasa berbasis daring yang beroperasi di Indonesia dan sejumlah negara Asia Tenggara seperti Singapura, Vietnam, dan Thailand. []
Baca juga:
- Gawat, Menkes Terawan Agus Putranto Dapat Ponten 5 Tangani Pandemi
- Sederet Kontroversi Mendikbud Nadiem Makarim