Jakarta – Para peretas yang dicurigai berada di balik serangan virus ransomware telah mengajukan tuntutan 70 juta dolar AS dalam bentuk mata uang kripto sebagai imbalan untuk membuka semua sistem yang terimbas peretasan.
Tuntutan itu muncul hari Minggu, 4 Juli 2021, di sebuah situs web gelap yang digunakan oleh geng REvil yang terkait dengan Rusia.
Serangan siber hari Jumat, 2 Juli 2021, lalu itu menghantam sistem ratusan perusahaan dan lembaga publik di berbagai penjuru dunia.
Serangan ini juga mencakup peretasan perusahaan perangkat lunak yang berbasis di Miami, Amerika Serikat (AS), Kaseya, yang menyebut serangan itu “canggih.”

Kaseya dalam sebuah pernyataan mengemukakan bahwa perusahaan itu memiliki alat pendeteksi yang tersedia bagi para pelanggan untuk mengetahui apakah sistem mereka disusupi. Kaseya juga menyatakan berharap dapat memulihkan pusat datanya untuk kembali online pada hari Senin.
FBI menyatakan REvil bertanggung jawab atas serangan ransomware akhir Mei lalu yang menutup operasi JBS, perusahaan pengolahan daging yang terbesar di dunia.
Presiden AS, Joe Biden, hari Sabtu, 3 Juli 2021, merujuk pada pertemuannya dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, bulan Juni 2021 lalu, yang menyatakan bahwa AS akan meminta pertanggungjawaban Rusia jika negara itu terkait dengan serangan tersebut.“Jika terkait, baik dengan sepengetahuan dan atau konsekuensi Rusia, maka saya akan memberitahu Putin bahwa kami akan menanggapi,” kata Biden kepada para wartawan (uh/ab)/voaindonesia.com. []