Beirut - Keluarga korban ledakan di Beirut, Lebanon menuntut Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) segera melakukan investigasi. Tim FBI akan tiba di Lebanon pada Minggu, 16 Agustus 2020 untuk bergabung dalam penyelidikan ledakan yang memakan banyak korban jiwa.
Seperti diberitakan dari Arab News, Sabtu, 15 Agustus 2020, sedikitnya 170 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka akibat ledakan 2.750 ton amonium nitrat di sebuah gudang penyimpanan di Pelabuhan Beirut pada 4 Agustus. Ledakan itu menghancurkan sebagian besar kota, menyebabkan ratusan ribu kehilangan tempat tinggal dan memicu kemarahan atas kelalaian dan korupsi di negara yang mendapat julukan Paris dari Timur Tengah.
PBB bisa menunjuk Pengadilan Kriminal Internasional atau membentuk pengadilan khusus untuk penyelidikan kejahatan kemanusiaan di Lebanon.
Baca Juga: Pemerintahan Lebanon Terancam Pengunduran Diri Massal
Pemerintah Lebanon di bawah Perdana Menteri Hassan Diab mengundurkan diri awal pekan ini setelah beberapa hari warga menggelar aksi demonstrasi menuntut pertanggungjawaban atas bencana tersebut.

Pengacara keluarga korban, Nada Abdelsater mengatakan keluarga korban tidak mempercayai sistem keamanan dan politik di Lebanon. Keluarga korban percaya bahwa mereka adalah tersangka meskipun bukan satu-satunya yang terlibat dalam pembantaian ini.
Abdelsater menambahkan, satu-satunya cara legal untuk penyelidikan internasional dan penuntutan internasional adalah dengan melibatkan Dewan Keamanan PBB mengirim komite investigasi dan pencari fakta ke Lebanon sebelum TKP dikompromikan lebih lanjut. "PBB bisa menunjuk Pengadilan Kriminal Internasional atau membentuk pengadilan khusus untuk penyelidikan kejahatan kemanusiaan tersebut," katanya
Ia membacakan permintaan yang ditandatangani oleh ribuan keluarga ledakan. Permintaan tersebut dialamatkan kepada semua negara anggota DK PBB. "Salinan telah dikirim melalui duta besar negara-negara angggota DK PBB ke Lebanon," tutur Abdelsater.
Sementara pejabat dari sejumlah negara terus berdatangan ke Lebanon pasca tragedi ledakan Beirut. Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Urusan Politik, David Hale bertemu dengan pejabat Lebanon pada hari kedua kunjungannya ke Beirut. Dia akan bertemu tokoh politik, spiritual, dan masyarakat sipil pada hari Sabtu.
Perjalanannya bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, yang tiba di Beirut pada Kamis malam. Tetapi Zarif tidak pergi ke daerah-daerah yang hancur akibat ledakan tersebut, meskipun kunjungannya disebut sebagai ekspresi bentuk solidaritas.
Simak Pula: Negara Donatur Minta Lebanon Lakukan Reformasi
Orang pertama kali datang ke Beirut setelah ledakan adalah Presiden Prancis Emmanuel Macron. Presiden Macron berjanji akan memberikan bantuan kepada Lebanon untuk rekonstruki Beirut. []