Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggandeng Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk bersinergi membuat pola perjalanan wisata kesehatan dan kebugaran di Indonesia. Salah satunya dengan memperkenalkan pengobatan jamu dan metode kerokan sebagai produknya.
Hal itu diwujudkan dengan peluncuran dua buah buku, yaitu Katalog Wisata Kesehatan dan Skenario Perjalanan Wisata Kebugaran, sebagai tindak lanjut pengembangan Wisata Kesehatan yang digagas oleh Kemenparekraf dan Kemenkes sejak tahun 2017 lalu.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan, saat ini Indonesia harus mulai beralih ke penguatan pariwisata berbasis kualitatif dan meninggalkan cara lama yang mengedepankan kuantitatif.
Menurutnya, Indonesia juga harus mulai serius memperkenalkan sisi unik dari budaya di tanah nusantara ke pasar dunia, dengan mengemasnya sebagai produk pariwisata andalan.
"Tren pariwisata ke depan memang bermacam-macam. Tujuan orang traveling saat ini berbagai macam ragam, dan salah satunya menjadi daya tarik ke depan adalah wisata kebugaran," kata Wishnutama dalam acara peluncuran Katalog Wisata Kesehatan dan Skenario Wisata Kebugaran, di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat, Selasa 19 November 2019.
"Dua katalog ini diharapkan jadi panduan bagi stakeholder dalam mengembangkan informasi bagi wisatawan yang punya karakter dan preferensi untuk wisata kebugaran dan jamu," ujar dia.
Sebagai tahap awal yang telah dilakukan saat ini, konsep wisata kebugaran dan jamu akan dikembangkan terlebih dulu di beberapa kota yang jadi pilot project, yaitu Joglosemar alias Jogja, Solo dan Semarang, serta Bali dan Jakarta.
Wishnutama mengatakan, wisata kebugaran dan jamu akan menjadi satu tren yang positif di masa depan. Pasalnya, ia menilai klaster ini memiliki keunikan tersendiri.
"Pemikiran atau rencana seperti ini harus benar-benar kita kembangkan. Kita harus tawarkan sesuatu yang unik. Unik harus jadi kata kunci," kata dia.

Sementara Menteri Kesehatan Letjen dr. Terawan Agus Putranto mengatakan Indonesia memiliki potensi budaya kesehatan dan kebugaran yang luar biasa besar untuk dijual ke pasar internasional. Seperti misalnya berbagai produk jamu hingga metode kerokan.
Jika dikemas dengan baik, kata Terawan, produk kebugaran dan kesehatan tersebut bisa menjadi tujuan wisata yang berpotensi mendatangkan devisa besar bagi negara.
"Penetapan Wisata Kebugaran dan Jamu menjadi prioritas ini merupakan keputusan yang tepat. Selain mempunyai nilai jual yang tinggi, Indonesia menawarkan tindakan promotif dan preventif lebih utama dalam bidang kesehatan, kata dia.
"Kerokan buat orang asing itu hal yang sangat menarik. Kita, setiap hari lihat, bahkan kita sendiri dikeroki, tapi buat orang asing itu aneh," ujar dr Terawan.
Diketahui, berdasarkan Konsep dan Peta Jalan Pengembangan Wisata Kesehatan yang telah disepakati bersama, Wisata Kesehatan terdiri dari empat klaster, yaitu Wisata Medis, Wisata Kebugaran dan Jamu, Wisata Olahraga yang mendukung Kesehatan, dan Wisata Ilmiah Kesehatan.
Dalam tahap awal pengembangan Wisata Kesehatan ini, kedua kementerian sepakat untuk memprioritaskan pengembangan wisata kebugaran dan jamu terlebih dulu, karena dinilai memiliki prospek kesehatan, budaya, dan ekonomi yang tinggi. []