Jepara - Tradisi unik dilakukan warga Desa Kendengsidialit, Kecamatan Welahan, Jepara, Jawa Tengah. Sebanyak 729 ingkung atau olahan ayam utuh diarak untuk kemudian dinikmati bersama di tengah sawah, Minggu, 1 Desember 2019.
Aktivitas turun temurun itu dikenal dengan tradisi kirab ingkung. Digelar dalam rangka mensyukuri nikmat Tuhan atas melimpahnya hasil panen padi. Kemeriahan acara menjadi penanda keguyuban warga desa.
Kirab ingkung dimulai dengan arak-arakan warga dari balai desa, menuju areal sawah yang berjarak lebih kurang satu kilometer. Warga tua muda, larut dalam suka cita. Tak hanya ingkung yang dibawa, ada pula orang-orangan sawah dan hasil pertanian lain yang ikut dibawa.
Setelah sampai di persawahan mereka lantas berdoa. Bersyukur dan memohon limpahan rezeki. "Duh Gusti, kami mohon Engkau limpahkan kepada kami rezeki yang berkah, halal dan turah (berlebih)," kata sesepuh desa, Dalono. Berlanjut dengan makan bersama di atas tikar.
Dalam tradisi Jawa, Ingkung dimaknai bukan sekadar olahan ayam utuh. Konon kata ini berasal dari kata manekung yang berarti posisi menyembah. Mengandung filosofi manusia menyembah sekaligus bersyukur kepada Tuhan.
Adapula yang menyatakan ingkung akronim dari eling marang Hyang Agung. Jika dalam bahasa Indonesia kurang lebih ingat kepada Tuhan Maha Agung.
Acara ini merupakan bentuk kesepakatan warga dalam rangka mempererat kerukunan. Serta yang paling penting mewujudkan rasa syukur kami kepada Tuhan.

Kepala Desa Kendengsidialit Kahono Wibowo mengungkapkan, wilayah memiliki lahan sawah yang luas. Ada sekitar 107 hektar lahan milik warga ditambah lahan khusus milik desa seluas 25 hektar.
Namun, dulu kala, desa ini selalu saja mengalami panen yang tidak maksimal. Beruntung, dengan dibangunnya fasilitas pengairan yang baik, warganya kini bisa panen tiga kali dalam setahun.
"Acara ini merupakan bentuk kesepakatan warga dalam rangka mempererat kerukunan. Serta yang paling penting mewujudkan rasa syukur kami kepada Tuhan. Dengan adanya kirab ingkung, kami harap warga dan penggarap sawah selalu ingat kepada Tuhan," ujar dia selepas acara.
Dikatakannya, sesuai kesepakatan, setiap warga yang memiliki satu hektar lahan sawah membawa enam ingkung. Namun, pemerintah desa juga tidak menghalangi mereka yang tak memiliki sawah atau lahan terbatas untuk turut melambangkan rasa syukur mereka.
"Jumlah sawah di sini 107 hektar ditambah 25 hektar sawah pusaka. Setiap satu hektar membawa enam ingkung. Namun kalau mereka penggarap sawah atau yang berpofesi sebagai perajin misalnya, mau ikut ya silakan. Jadi jumlah ingkungnya ini ya sekitar seribuan," jelas Kahono.
Seperti Sriyanti, mengaku hanya memiliki dua pancen, sebutan ukuran sawah sesuai adat Jawa. Jadi ia hanya membawa dua buah ingkung. Perempuan tersebut berharap dengan tradisi kirab ingkung, hasil panen sawah garapannya bisa berlimpah.
"Saat ini ditanami jagung. Kalau musim tanam besok ya padi. Alhamdulillah, hasilnya bagus. Mudah-mudahan tahun depan juga panen banyak lagi," tuturnya. []
Baca juga:
- Pulau Cemara Brebes, Pulau Eksotis di Tengah Laut
- Bikin Bangga, Pantai Karang Jahe Rembang Terbaik
- Berburu Buah Durian Lekak Asal Jepara Pasca-Petruk