Baghdad — Kalangan milenial di Irak memprotes konflik Iran versus Amerika Serikat (AS) yang menyeret Irak, sebab bisa membuat aksi demo mereka untuk memprotes kebijakan pemerintah kehilangan momentum. Para milineal tengah menggalang aksi massa menuntut reformasi politik besar-besaran.
Aksi demonstrasi para pemuda ini telah berlangsung empat bulan. Mereka memprotes korupsi di tubuh pemerintah yang semakin mengkhawatirkan, layanan publik yang kian memburuk dan meningkatnya pengaruh Iran dalam urusan negara yang tengah dilanda perpecahan internal. Tindakan represif aparat keamanan dalam penanganan demo semakin meningkatkan ketegangan, yang menyebabkan ratusan orang mati dan ribuan lain mengalami luka-luka.
Kami takut aksi demo terlupakan karena para pejabat fokus pada konflik Iran-AS
Serangan drone dari pasukan Amerika Serikat (AS) dari pangkalan militer Irak, selain menewaskan petinggi militer Iran Qassem Soleimani, juga komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis. Para pejabat di Irak lebih memprioritaskan penanganan upaya untuk menghindari konflik berkepanjangan antara Washington dengan Taheran.
"Kami takut aksi demo dilupakan karena mereka (pejabat) berfokus pada hal-hal yang tidak kami inginkan, bukan tujuan kami," kata Noor, seorang aktivis di Lapangan Tahrir, Baghdad. Ia minta untuk diidentifikasi hanya nama depannya, takut ditangkap petugas keamanan, seperti semua pengunjuk rasa yang diwancara.

"Di sisi lain, kami berusaha bersikap tenang dan menjaga orang-orang di jalan untuk menegaskan bahwa kami tidak bersama orang-orang Amerika atau Iran. Kami bersama Irak," ucapnya lagi seperti dikutip dari AP, Selasa, 14 Januari 2020.
Zaid, seorang pengunjuk rasa di Baghdad berkata,"Semua orang sibuk dengan Amerika dan Iran, sementara kami harus menghadapi serangan dari aparat di jalan-jalan.
Katanya lagi,"Sekarang kita menjadi tujuan mudah bagi milisi. Mereka dapat membahayakan kita karena tidak ada yang fokus pada mereka."
Kami takut menjadi sasaran balik kalangan milisi yang didukung Iran
Mereka mengkhawatirkan bila ketegangan antara Iran dengan AS mereda, para demonstran akan menjadi sasaran balik kalangan milisi yang didukung Iran.
Aksi protes anti pemerintah di Irak tidak hanya terjadi di ibu kota Baghdad, namun juga di beberapa kota lainnya seperti Nassiriya, Amara, Baquba, Hilla, Najaf, Basra, Samawa, Kirkuk, Tikrit, Sadr, dan lainnya. Perdana Menteri Irak Adel Abdel pernah mengatakan aksi demonstrasi sebagai pengrusak negara. []