Jakarta – Dua pejabat tinggi Uni Eropa, Selasa, 6 April 2021, menyatakan keprihatinan yang mendalam tentang kondisi hak asasi manusia (HAM) di Turki dalam pertemuan pertama mereka dalam setahun dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
"Supremasi hukum dan penghormatan terhadap hak-hak mendasar itu merupakan nilai-nilai utama Uni Eropa dan kami menyatakan kepada Presiden Erdogan tentang keprihatinan kami yang mendalam terkait perkembangan terbaru di Turki," kata Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, setelah hampir tiga jam berbicara dengan Erdogan di Ankara, Turki.
Pendemo membawa bendera-bendera bertuliskan "Kami akan setop femisida" dalam demo menentang keputusan Turki untuk mundur dari Konvensi Istanbul, Turki, perjanjian internasional untuk melindungi perempuan, di Istanbul, 20 Maret 2021. (Foto: voaindoneia.com- Bulent Kili/AFP)
Pembicaraan itu terjadi setelah penarikan Erdogan dari Konvensi Istanbul, yang memerangi kekerasan terhadap perempuan dan upaya. Turki menutup partai utama pro-Kurdi.
"Masalah HAM tidak dapat dinegosiasikan dan memiliki prioritas mutlak ... kami sangat tegas menentang itu," kata Ketua Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dan menyebut perihal itu sebagai elemen "penting" untuk hubungan Turki-Uni Eropa yang lebih baik.

"Saya sangat khawatir dengan fakta bahwa Turki menarik diri dari Konvensi Istanbul. Ini terkait perlindungan perempuan dan anak-anak dari kekerasan. Ini jelas merupakan sinyal yang salah sekarang," tambah von der Leyen.
"Turki harus menghormati aturan dan standar HAM internasional, yang merupakan komitmen negara itu sendiri sebagai anggota pendiri Dewan Eropa," ujar von der Leyen.
Presiden Turki tidak segera mengeluarkan pernyataan setelah pertemuan tersebut (mg/lt)/voaindonesia.com. []