Kepsek SMPN 1 Turi Sleman: Susur Sungai Hal Biasa

Kepsek SMPN 1 Turi Sleman menyebut kegiatan susur sungai hal biasa dilakukan Pramuka anak didiknya. Sehingga pembina tidak melaporkan padanya.
Kepsek SMPN 1 Turi Sleman Tutik Nurdiana (paling kiri) saat memberikan keterangan pers perihal musibah yang menimpa anak didiknya pada Sabtu, 22 Februari 2020. (Foto: Tagar/Hidayat)

Sleman - Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 1 Turi, Tutik Nurdiana mengatakan Pramuka merupakan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang dipimpinnya. Setiap Jumat kegiatan tersebut rutin dilakukan, mulai pukul 13.30 sampai 14.30 WIB.

Tutik mengatakan, pembina Pramuka sering mengajak siswa melakukan susur sungai di Kecamatan Turi. Kegiatan susur tersebut merupakan hal yang biasa atau bukan kegiatan khusus.

Menurut dia, mengingat sudah terbiasa melakukan susur sungai, para pembina Pramuka yang melakukan pendampingan pun tidak melaporkan ke kepala sekolah. "Jujur saya memang tidak mengetahui ada kegiatan susur sungai. Mereka (pembina) tidak matur (melapor) karena menganggapnya biasa," katanya, di SMPN 1 Turi Sleman, Sabtu 22 Februari 2020.

Tutik mengaku mengetahui ada musibah yang menimpa anak didiknya, setelah mendapat laporan kejadian. Dia juga tidak mengira kegiatan tersebut berakibat fatal hingga menyebabkan nyawa melayang. "Semoga keluarga diberikan ketabahan dan korban yang belum ditemukan segera ketemu," ujarnya.

Menurut dia dalam kegiatan susur sungai di Dukuh Sempor, Desa Donokerto, Kecamatan Turi ini diikuti oleh siswa kelas 7 dan 8 atau sekitar 249 siswa. Sedangkan untuk pembina Pramuka yang mendampingi saat acara tersebut sebanyak tujuh orang. "Mereka (pembina Pramuka) juga guru di sekolah," kata dia.

Jujur saya memang tidak mengetahui ada kegiatan susur sungai.

Ketua Kwarda Gerakan Pramuka DIY, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi mengatakan, kegiatan Pramuka memang rutin diadakan di sekolah-sekolah. Namun dalam prakteknya ini di SMPN 1 Turi ini ada faktor kelalaian sekolah yang tidak melihat risiko yang akan terjadi.

"Pramuka memang kegiatan rutin. Tapi pendamping lupa bahwa ini musim hujan. Dan lagi, ini agak terlewat, kegiatan besar atau kecil harus koordinasi dengan kepala sekolah," ungkapnya.

Putri pertama Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X ini mengatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh, ratusan pelajar SMPN 1 Turi yang mengikuti kegiatan Pramuka susur sungai itu hanya didampingi oleh beberapa pembina. 

"Ini pendamping hanya tujuh orang, padahal pesertanya ada 200 lebih. Sehingga tidak bisa mengcover kalau ada apa-apa," kata dia.

Sementara itu, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, sampai Sabtu sore, jumlah korban yang ditemukan meninggal ada delapan orang. Dua pelajar masih dalam pencarian.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Makwan mengatakan total ada 249 pelajar yang ikut kegiatan susur sungai. Mereka berasal dari kelas Kelas 7 ada 124 siswa dan Kelas 8 ada 125 siswa. 

"Terkonfirmasi selamat 216 siswa, terkonfirmasi luka luka 23 siswa, meninggal dunia delapan siswa, dan belum ditemukan dua siswa," katanya. []

Baca Juga:


Berita terkait
Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Sleman Tersangka
Polda DIY menetapkan satu tersangka musibah susur sungai Sempor. Tersangka itu tak lain pembina Pramuka sekaligus guru SMPN 1 Turi.
Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Sleman Lalai
Ketua Kwarda Pramuka DIY GKR Mangkubumi menyebutkan pembina pramuka SMPN 1 Turi lalai yang tidak membaca prakiraan cuaca yang dirilis BMKG.
Satu Pelajar SMPN 1 Turi Sleman Belum Ditemukan
Dua korban berhasil ditemukan. Sampai saat ini sembilan korban yang sudah ditemukan. Masih satu korban yang masih dalam pencarian.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.