TAGAR.id, Jakarta - Menurut informasi dari idiatambua.org, salah satu gangguan kesehatan yang dapat terjadi saat berhubungan intim adalah Dispareunia. Dispareunia adalah kondisi yang ditandai dengan nyeri genital selama atau setelah berhubungan seksual, baik pria maupun wanita, meskipun nyeri ini lebih sering terjadi pada wanita. Hal ini sangat mengganggu bagi pasangan yang ingin memiliki keturunan.
IDI merupakan singkatan dari Ikatan Dokter Indonesia. Organisasi ini merupakan wadah profesi bagi para dokter di Indonesia, didirikan pada tanggal 24 Oktober 1950. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Atambua dengan alamat website merupakan cabang dari organisasi profesi kedokteran di Indonesia yang bertujuan untuk memfasilitasi dan mendukung para dokter di wilayah ini.
IDI Cabang Atambua berkomitmen untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan berkualitas di daerah yang menghadapi tantangan kesehatan yang kompleks, seperti jumlah layanan yang terbatas dan tingkat penyakit menular yang tinggi.
- Baca Juga: Kenali Penyebab Hidung Tersumbat, IDI Kota Sragen Berikan Informasi Pengobatan yang Tepat
IDI Atambua secara rutin mengadakan layanan medis keliling untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil, melibatkan dokter ahli dari berbagai bidang. Saat ini IDI Atambua sedang melakukan penelitian terkait kondisi dispareunia dan pengobatan yang tepat bagi penderitanya.
Apa saja penyebab terjadinya dispareunia saat berhubungan intim?
Dilansir dari laman https://idiatambua.org, dispareunia adalah kondisi yang ditandai dengan nyeri genital yang terjadi selama atau setelah berhubungan seksual. Penyebab dispareunia dapat dibedakan menjadi dua kategori utama: faktor fisik dan faktor psikologis. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai penyebabnya meliputi:
1. Kurangnya pelumas
Jika vagina kering saat berhubungan intim karena tidak ada stimulasi seksual atau foreplay yang cukup, itu dapat menyebabkan gesekan yang berlebihan saat penetrasi, yang dapat menyebabkan rasa sakit.
2. Atrofi pada vagina
Atrofi vagina adalah ketika dinding vagina menjadi tipis, kering, dan meradang karena penurunan estrogen dalam tubuh wanita, biasanya akibat menopause.
3. Terinfeksi dengan bakteri
Infeksi genital seperti infeksi jamur, bakteri, atau virus, seperti herpes, dapat menyebabkan peradangan dan nyeri. Herpes dapat menyerang siapa saja, tetapi risiko terinfeksi meningkat jika memiliki daya tahan tubuh yang lemah atau pernah kontak dengan penderita herpes.
4. Cedera dan trauma
Cedera pada area genital akibat operasi, melahirkan, atau trauma fisik lainnya juga dapat menjadi alasan lainnya. Penting untuk rutin cek kesehatan ke dokter setiap bulan apabila Anda telah melakukan operasi ataupun gangguan medis lainnya.
Apa aja obat untuk mengobati gejala dispareunia?
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Atambua telah merangkum obat yang direkomendasikan untuk mengobat gejala ini. Pengobatan untuk dispareunia tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Berikut adalah beberapa jenis obat dan terapi yang direkomendasikan untuk mengatasi gejala dispareunia meliputi:
1. Obat Antibiotik
Jika dispareunia disebabkan oleh infeksi bakteri, antibiotik dapat digunakan. Penisilin atau sefalosporin adalah beberapa contohnya. terapi untuk berbagai jenis infeksi bakteri, seperti infeksi mulut dan tenggorokan, demam rematik, infeksi Staphylococcus dan Streptococcus, dan pneumonia.
2. Obat Antijamur
Jika rasa tidak nyaman disebabkan oleh infeksi jamur, obat antijamur seperti fluconazole atau ketoconazole dapat diresepkan. Obat antijamur ini menangani infeksi akibat jamur, khususnya infeksi candida pada vagina, mulut, tenggorokan, dan aliran darah.
3. Krim Estrogen
Krim estrogen dapat digunakan untuk mengatasi dispareunia yang disebabkan oleh kadar estrogen yang rendah. Krim estrogen dapat membantu membangun kembali dinding vagina dan membuat hubungan seks lebih nyaman.
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan penyebab spesifik dispareunia dan mendapatkan pengobatan yang sesuai. []