Jakarta – Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Mohammad Adib Khumaidi mengusulkan kepada pemerintah untuk menerapkan isolasi mandiri (Isoman) untuk pasien Covid-19 tanpa gejala (OTG).
Bukan tanpa maksu, usulan tersebut berdasarkan dengan ketersediaan tempat tidur yang semakin menipis di banyak daerah akibat adanya lonjakan kasus C-19. Ia mengusulkan untuk Isoman secara regulasi nasional agar membuat kapasitas rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya dapat terkontrol.
“Terdapat triase yaitu pemilahan terhadap pasien yang biasanya dilakukan di UGD, tapi dengan kondisi saat ini triase di lakukan oleh masyarakat. Jadi kita mengedukasi masyarakat bahwa tidak semua pasien harus dibawa ke fasilitas kesehatan apalagi pasien tanpa gejala,” ujar Dr. Mohammad Adib Khumaidi saat diwawancarai Tagar TV, Senin, 12 Juli 2021.
Jika rumah memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri dirumah maka bisa kita pantau dari telemedicine dan menghubungi call center dari IDI untuk dipantau.

Adib menjelaskan dalam pemilahan triase ini ada beberapa kondisi yang dapat dijadikan parameter yaitu yang pertama, kondisi klinis jika masih tampak dalam keadaan baik, dan sehat itu masih bisa melakukan perawatan di rumah. Kedua, jika sudah tampak sakit jangan dipaksakan dirawat dirumah, tapi memang harus dibawa ke fasilitas kesehatan.
“Secara obyektif kita juga pakai frekuensi nafas sama saturasi oksigen, jika pada orang dewasa normalnya kurang dari 20 kali permenit dan untuk anak-anak kurang dari 30 kali per menit maka masih dikatakan dalam kondisi yang normal,” ujarnya.
Namun, jika sudah lebih dari 20 kali permenit dan lebih dari 30 kali permenit untuk anak-anak, maka itu sudah bisa untuk dikatakan bahwa ia sudah sesak. Jika saturasi oksigennya masih diatas 94 persen maka kualitas oksigen didalam darahnya itu masih baik, tetapi jika dibawah dari dari 94 maka harus dapat terapi oksigen.
“Jika ada faktor komorbid perlu perhatian khusus, karena dalam Covid 19 jika sudah ada komorbid itu bisa meningkatkan keparahan sebanyak 2 kali lipat,” katanya. Jenis komorbid yaitu hipertensi, diabetes, penyakit jantung, ginjal, kanker, ganguan imun, dan faktor resiko umur.
“Dengan melakukan isolasi mandiri terpantau bisa terpantau terpusat, seperti wisma atlit, jika rumah memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri dirumah maka bisa kita pantau dari telemedicine, dan menghubungi call center dari IDI untuk dipantau,” ucapnya.
Hal yang bisa dilakukan saat isolasi mandiri adalah mengurangi kontak dengan keluarga, dan masyarakat sekitar. Adib juga mengatakan jika dari hasil tracing satu keluarga harus isolasi mandiri itu bahkan lebih mudah, tetapi jika dalam satu keluarga hanya satu orang yang terkena Covid-19 nanti harus disiapkan kamar terpisah.
Dr. Adib menyarankan bagi orang yang isoman tanpa gejala harus melakukan istirahat yang cukup, berjemur, berolahraga ringan dan minum vitamin. Tidak perlu minum obat antibiotic atau antivirus dulu dan dianjurkan konsumsi vitamin C, D3, Mineral, dan Zinc.
“Yang terpenting tetap jaga asupan makanan, gausah pake diet makan yang banyak istirahat yang cukup, berjemur dan olahraga hal tersebut yang harus dilakukan,” ucapnya.
Ia juga menghimbau kepada masyarakat tidak perlu takut yang berlebihan kepada tetangga yang sedang positif Covid-19 asalkan tetap jaga jarak aman, agar tidak terjadi intimidasi kepada orang yang terpapar Covid-19.
”Masyarakat harus mensuport kebutuhan dari orang yang positif, dan harus lapor ke RT/RW agar bisa saling mendukung memberi bantuan,” ujarnya.
(Selfiana)