Kulon Progo - Devi Noviyanti namanya. Usianya bahkan masih muda, baru menginjak 10 tahun. Saat masih kecil sudah harus merasakan kerasnya kehidupan. Bagaimana tidak, siswi kelas IV di SD Negeri Jetis, di Jalan Turusan Kalurahan ini sejak usia dua bulan ditinggal oleh kedua orang tuanya.
Ibunya meninggal disebabkan oleh sakit jantung. Sedangkan ayahnya, setelah ibunya meninggal, tidak mengurusnya karena sulit dihubungi dan juga tidak pernah memberi nafkah sejak Devi masih kecil.
Devi saat ini tinggal bersama neneknya yang sudah cukup tua, di sebuah rumah kecil berdinding bambu dan berlantaikan tanah. Tidak ada televisi di rumah yang bersebelahan dengan rumah adik dari neneknya Devi tersebut. Hanya ada radio yang kadangkala menemani sunyinya hari.
Devi, bahkan hanya bisa memanfaatkan sebuah lampu yang terpasang di tengah rumahnya. Hal ini karena Devi, tidak memiliki Handphone, yang seharusnya dipakai untuk pembelajaran jarak jauh.
Kadang ada guru yang datang ke rumah untuk ngajarin. Belajar juga ke rumah Nisa (temannya) yang memiliki Handphone.
Saat Tagar berkunjung, dia sedang belajar tentang pelajaran Bahasa Indonesia. Materi soal yang diberikan oleh guru kelasnya, dikerjakan di sebuah buku tugas yang dipakai untuk beberapa mata pelajaran. Tugas dari sekolah diambil oleh neneknya yang sudah berusia lanjut.
"Saya suka pelajaran matematika. Saya kalau besar pengen jadi dokter," ucap Devi di rumahnya yang beralamatkan di Pedukuhan kalingiwo Kalurahan Pendoworejo Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Kamis, 13 Agustus 2020.
Devi dan neneknya sedang berada di rumahnya di Kulon Progo. (Foto: Tagar/Harun Susanto)
Namun demikian, Devi bukan anak yang cengeng. Justru dia tetap menjadi anak yang ceria dan tetap belajar dengan tekun di tengah keterbatasannya. Ketekunannya tersebut berhasil mengantarkannya memperoleh peringkat empat di kelasnya.
Devi mengaku, dirinya saat ini sudah kangen bersekolah kembali. Selain ingin belajar langsung, dia juga ingin bertemu dengan teman-temannya dan juga para gurunya. "Kadang ada guru yang datang ke rumah untuk ngajarin. Belajar juga ke rumah Nisa (temannya) yang memiliki Handphone," ujar Devi.
Sementara itu, nenek Devi, Suratinem usia 70 tahun mengaku, harus berjalan kaki untuk mengambil tugas sekolah Devi. Dia mengaku, dulu sempat mengambil tugas cucunya tersebut setiap hari, namun kini hanya mengambil di waktu-waktu tertentu.
"Kadang saya berangkat ambil jam 07.00 WIB dari rumah. Saya harus berjalan kaki untuk mengambil tugas sekolah cucunya," ucap Suratinem.
Baca Juga:
- Pemuda Kulon Progo Beri WiFI Gratis Belajar Daring
- Belajar Daring dengan Internet Murah di Yogyakarta
- Dana BOS untuk Kuota Internet Saat Pandemi Covid-19
Devi, lanjut Suratinem, merupakan anak yang pintar. Jika dibandingkan dengan anak seusianya, Devi mampu menulis lebih cepat. Bahkan Devi termasuk anak yang mandiri saat belajar. Karenanya, Suratinem mengharapkan cucunya bisa terus menjalani pendidikan yang baik demi menggapai cita-citanya. "Agar bisa jadi dokter seperti yang dia mau," kata Suratinem.
Sedangkan Kepala Sekolah SD Negeri Jetis, Siti Kamilah mengatakan, nenek Devi rajin berjalan kaki ke sekolah cucunya selama pandemi Covid-19, untuk menyerahkan dan mengambil tugas untuk cucunya.
"Kami menjadwalkan untuk pengambilan dan pengembalian tugas setiap hari Kamis, bagi yang tidak bisa mengikuti belajar jarak jauh secara daring," tutur Siti Kamilah.
Dia mengaku, devi termasuk anak yang cerdas dalam belajar. Pelajaran yang diberikan mampu ditangkap dengan baik. []