Jakarta - Perusahaan asuransi dari London, Lloyd's of London menyebutkan pihaknya memperkirakan klaim terkait virus corona Covid-19 menelan biaya US$ 3 miliar hingga US$ 4.3 miliar atau setara Rp 64,16 triliun.
Pembayaran klaim ini akan menjadi yang terbesar sejak serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat. Menurut Lloyd, kerugian bisa meningkat lebih lanjut jika penguncian atau lockdown yang masih dilakukan sejumlah negara berlanjut hingga triwulan berikutnya.
Total pembayaran klaim dari kerugian akibat serangan 9/11 adalah US$ 4,7 miliar
Baca Juga: Arab Pimpin Penggalangan Dana US$ 8 M untuk Covid-19
Perusahaan asuransi itu juga menyebutkan bahwa pembayaran pada klaim virus Covid-19 juga akan sama dengan dampak gabungan dari badai Harvey, Irma dan Maria pada tahun 2017.
Seperti diberitakan dari BBC News, Kamis, 14 Mei 2020, ketiga bencana badai tersebut menimbulkan kehancuran sejumlah negara bagian Amerika Serikat (AS) dan Karibia. Kerugian ekonomi akibat ketiga badai itu dianggap sebagai termahal bagi AS.
"Bencana alam ini adalah peristiwa yang terkandung secara geografis, terjadi selama berjam-jam dan berhari-hari - sangat berbeda secara alami dengan dampak global, sistemik dan jangka panjang dari Covid-19," kata Lloyd.
Lloyd's mengatakan total pembayaran klaim dari kerugian akibat serangan 9/11 adalah US$ 4,7 miliar. Sementara klaim akibat badai tahun 2017 mencapa US$ 4,8 miliar.
Klaim asuransi akibat badai Harvey, Irma dan Maria pada tahun 2017mencapa US$ 4,8 miliar. (Foto: Getty Images|BBC News).
Kepala eksekutif Lloyd, John Neal mengatakan industri asuransi global membayar "berbagai kebijakan" untuk mendukung bisnis dan orang-orang yang terkena dampak pandemi Covid-19. "Apa yang membuat Covid-19 unik, bukan hanya berdampak terhadap manusia dan kehidupan sosial yang berkelanjutan, tetapi juga goncangan ekonomi," tuturnya.
Menurutnya, menyatukan semua faktor itu akan menantang industri asuransi seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Namun kami akan tetap fokus untuk mendukung nasabah kami dan terus membayar klaim selama beberapa minggu dan bulan mendatang," ucap Neal.
Banyak usaha kecil di Inggris berselisih dengan perusahaan asuransi karena mereka menolak pembayaran klaim
Neal mengatakan hampir sepertiga dari kerugian asuransi diperkirakan berasal dari pembatalan atau penundaan peristiwa besar di seluruh dunia, termasuk Olimpiade Tokyo, yang ditunda pada tahun 2021. Kategori utama lainnya termasuk klaim gangguan bisnis pada asuransi properti.
"Banyak usaha kecil di Inggris berselisih dengan perusahaan asuransi karena mereka menolak pembayaran klaim. Perusahaan asuransi berkilah sebagian besar kebijakan bisnis usaha kecil tidak mencakup cover asurani pandemi," kata Neal.

Neal menambahkan setelah semua faktor diperhitungkan, dampak total Covid-19 pada industri asuransi secara keseluruhan kemungkinan akan jauh lebih besar."Perkiraan kerugian underwriting 2020 yang dicakup oleh industri sebagai akibat Covid-19 adalah sekitar US$ 107 miliar," katanya.
Simak Pula: WHO: Virus Covid-19 Ini Mungkin Tak Pernah Sirna
Selain itu, tidak seperti peristiwa lainnya, industri ini juga akan mengalami penurunan portofolio investasi sekitar US$ 96 miliar. Dengan begitutotal kerugian yang diproyeksikan untuk industri asuransi menjadi US$ 203 miliar.[]