Jakarta – Founder KM Perisai Nasional Jefry Azhar mengatakan sejak pandemi Covid-19 melanda pariwisata Bali dibuat babak-belur dan seakan mati suri, sebab melemahnya wisatawan yang datang untuk berkujung ke pulau Dewata.
Hal ini disampaikan oleh Jeffri Azhar dalam webinar yang diselenggarakan oleh KM Perisai Bali, dengan tema “Bangkitnya Pariwisata Bali 2022, ‘Peran Pemuda di Dalam Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Bali 2022,” Minggu, 16 Januari 2022.
“Semua sektor mengalami perlambatan ekonomi tak terkecuali pariwisata, dibidang UKM banyak produk lokal yang mati suri, terutama pariwisata bali khususnya alam, dan budaya setempatnya yang harus mati suri. Kita bisa bayangkan ekonomi di sana mengalami penurunan,” ucap Jefri Azhar.
Peran media memberikan informasi kepada publik dalam instrumen pariwisata dan diharapkan peran media untuk menginformasikan kepada masayarakat tentang protokol kesehatan.
Webinar yang diselenggarakan oleh KM Perisai Bali, dengan tema Bangkitnya Pariwisata Bali 2022. (Foto: Tagar/Mila)
“Tahun 2022, mudah-mudahan juga virus omicron bisa di atasi, dan di tahun 2022, adalah waktu yang tepat untuk menata ulang semua lini-lini atau wisata baru yang sempat terhenti karena pandemi Covid, banyak peran pemuda disana, bagaiaman mereka melakukan branding. Bagaimana pemuda-pemuda Bali, khususnya kader-kader KM Perisai Bali, dapat menemukan formulasi gimana caranya turis tak takut virus,” ujarnya.
Sementara itu sebagai pembuka Sub Koordinator Unit Substansi Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif Bali Luh Meylin Suwaryanthi mengatakan bahwa media memliki peran penting dalam memberikan informasi terkait pariwisata agar diketahui oleh banyak masyarakat luas.
- Baca Juga: Destinasi Wisata Bali Masih Jadi Primadona Wisatawan Lokal
- Baca Juga: Wisata Bali Kembali Dibuka! Pengujung Harus Patuhi Prokes
“Peran media memberikan informasi kepada publik dalam instrumen pariwisata, dan diharapkan peran media untuk menginformasikan kepada masayarakat tentang protokol kesehatan,“ ucap Meylin.
Ia mengatakan provinsi Bali memiliki visi, salah satunya Bali Era Baru, Maksudnya kata Meylin, suatu era yang ditandai dengan tatanan dan menata secara fundamental pembangunan Bali.
Ia juga menyampaikan upaya pemerintah Bali untuk menjaga pariwisata yang berkelanjutan, salah satunya Pergub Bali No.79 Tahun 2018 tentang hari pengunaan busa Adat.
“Pada hari-hari tertentu kami menggunakan baju adat Bali,” ucap Meylin.
Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Republik Indonesia Muhammad Neil El Himam mengatakan ekonomi kretif adalah perwujudan nilai tambah dan kekayaan intelektual yang bersumber dari kreativitas manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Saya yakin warisan budaya Bali tak perlu diragukan lagi, sebab sudah terkanal ke seluruh dunia,” ujar Neil.
“Selai itu, orang berwisata tentu butuh makanan juga, dari segi kuliner tentu dibutuhkan, begitu juga fotografer ataupun menjadikan lokasi untuk videografer,” ucapnya.
Ia juga mengatakan yang mungkin kurang digali adalah, musiknya, terutama lagu Bali, yang memiliki potensi untuk menarik wisatawan berkunjung ke Bali.
“Kita akan kaya akan bahasa daan keyakinan, beberapa tahun lalu banyak film yang dibuat dalam berbahasa daerah yang banyak ditonton. Artinya potensi luar biasa, saya yakin musik bali juga memiliki potensi yang sama,” katanya.
Sebagai pembicara terkhir Dosen Universitas Hindu Negeri (UHN) Putu Surya Adnyana mengatakan Pariwisata Bali sangat unik, kaya akan budaya dan kesenian yang dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung. Sebab keberlanjutan wisata di Bali tidak akan terancam.
- Baca Juga: Sandiaga: Dua Destinasi Wisata Bali Jadi Lokasi Syuting
- Baca Juga: 5 Pilihan Destinasi Wisata di Bali Usai Pandemi
“Kita sudah tau kompetitif Bali sangat erat kaitanya dengan kesenian, karena itulah wisatawan memilih alam Bali untuk dikunjungi dibandingkan daerah lain, ini yang menjadi suatu hal yang unik di Bali,” ucap Surya Adnyana.
“Alasan kenapa orang ingin kembali ke Bali, karena ada hal-hal seperti identitas Bali yang menarik, seperti sawah, kesenian dan lain-lain,” ujarnya.
Ada empat hal, lanjut Surya, yang dapat melemahkan pariwisata Bali. Pertama, terorisme, kedua, wabah penyakit, ketiga, permasalahan sosial, dan yang terakhir, yaitu bencana Alam. []