Jakarta – Otoritas Terusan Suez Mesir memperkirakan kerugian akibat sebuah kapal kontainer raksasa, KM Ever Gigen, yang kandas di terusan itu selama hampir seminggu mencapai 1 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 14,5 triliun. Pejabat terkait memperingatkan bahwa kapal Ever Given dan muatannya tidak akan diizinkan meninggalkan Mesir jika masalah tuntutan kerugian tersebut sampai ke ranah hukum.
Kantor Berita Associated Press, 2 April 2021, mengutip TV pro-pemerintah, melaporkan bahwa Kepala Otoritas Terusan Suez, Letnan Jenderal Ossama Rabei, mengatakan jumlah tersebut memperhitungkan operasi penyelamatan, biaya lalu lintas yang macet, dan hilangnya biaya transit selama seminggu akibat kapal Ever Given memblokir kanal itu.
"Ini adalah hak negara," kata Rabei, tanpa menyebutkan siapa yang akan bertanggung jawab untuk membayar kompensasi. Dia menambahkan bahwa sebelumnya otoritas kanal dan pemilik kapal memiliki hubungan yang baik.
Kapal kargo itu saat ini berada di salah satu danau penampungan di kanal, di mana pihak berwenang dan manajer kapal mengatakan penyelidikan sedang berlangsung.
Pada hari Kamis, 1 April 2021, manajer teknis kapal, Bernard Schulte Shipmanagement, mengatakan dalam email kepada AP bahwa awak kapal bekerja sama dengan pihak berwenang dalam penyelidikan mengenai penyebab kapal kandas. Mereka mengatakan bahwa penyelidik Otoritas Terusan Suez telah diberi akses ke Perekam Data Pelayaran, juga dikenal sebagai kotak hitam kapal.
Citra satelit dari Maxar Technologies ini menunjukkan kapal kargo MV Ever Given terjebak di Terusan Suez dekat Suez, Mesir, 27 Maret 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)
Rabie juga mengatakan, jika penyelidikan berjalan lancar dan besaran ganti rugi telah disepakati, maka kapal bisa melaju tanpa masalah.
Namun, menurut Ossama Rabei, jika masalah kompensasi melibatkan litigasi, maka Ever Given dan kargo senilai 3,5 miliar dolar AS itu tidak akan diizinkan untuk meninggalkan Mesir.
Proses pengadilan bisa jadi rumit, karena kapal itu dimiliki oleh perusahaan Jepang, dioperasikan oleh perusahaan Taiwan, dan berbendera Panama.
Lebih dari 230 kapal menunggu untuk memasuki Terusan Suez (Foto: bbc.com/indonesia – EPA)
Bernhard Schulte sebelumnya mengatakan bahwa dua pengemudi kanal Mesir berada di dalam kapal ketika kapal tersebut terjebak. Pengaturan seperti itu lazim untuk memandu kapal melalui jalur air yang sempit, tetapi kapten kapal tetap memegang otoritas tertinggi, menurut para ahli.
Pada hari Senin, 29 Maret 2021, armada kapal tunda yang terbantu gelombang pasang, menarik bulbous bow atau bagian depan yang menonjol dari tepi kanal berpasir, tempat ia terjebak. Kapal tunda kemudian membimbing Ever Given melalui air setelah berhari-hari gagal.

Ever Given telah menabrak tepi kanal satu jalur sekitar enam kilometer di utara pintu masuk selatan, dekat kota Suez. Hal itu memaksa beberapa kapal terpaksa mengambil rute alternatif yang panjang di sekitar Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika atau mengambil jalan memutar sejauh 5.000 kilometer yang menghabiskan biaya bahan bakar dan biaya lainnya yang jumlah mencapai ratusan ribu dollar. Sementara kapal yang lain menunggu di tempat sampai kemacetan usai.
Kemacetan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menimbulkan kekhawatiran penundaan yang berkepanjangan, kekurangan barang dan kenaikan biaya bagi konsumen, menambah tekanan pada industri perkapalan, yang sudah berada di bawah tekanan akibat pandemi virus corona (ah/vm)/Associated Press/voaindonesia.com. []