Semarang - Kopi Arab menjadi menu takjil khas Masjid Layur Semarang yang terletak di Jalan Layur, Kelurahan Dadapsari Semarang Utara. Sajian minuman ini memang sudah menjadi tradisi sejak puluhan tahun silam selama ramadan.
Meski pandemi Corona, masjid tetap menggelar acara buka puasa bersama jemaah selama bulan Ramadan. Ketika menyeruput Kopi Arab di masjid yang dibangun tahun 1802 masehi oleh para saudagar asal Yaman ini, Anda akan merasakan sensasi berbeda yang tidak ada di tempat lain.
Kopi Arab ini dibuat dengan campuran tujuh rempah, seperti kapulaga, cengkeh, kayu manis, serai, jahe, daun pandan, dan daun jeruk.
Kita selalu sajikan Kopi Arab dengan kurma.
Menurut takmir Masjid Layur Ali Maksum, resep pembuatan kopi tersebut tidak berubah, sehingga kenikmatannya sama seperti layaknya dibuat orang Yaman dahulu kala.
"Resepnya enggak berubah, dari sejak saya diajari meraciknya dulu, rasanya tetap sama enaknya," tutur Ali, Minggu, 26 April 2020.
Ali menjelaskan Kopi Arab ada di Masjid Layur karena dibawa oleh orang-orang Yaman dan orang Arab. Dulunya, kata dia, Kopi Arab selalu disajikan saat ada hajat keluarga atau kegiatan penting lainnya.
"Kalau sekarang cuma di bulan Ramadan, tapi kalau dulu setiap mereka punya hajat pasti selalu disajikan," ujarnya.
Jemaah Masjid Layur berada di Kelurahan Dadapsari, Semarang Utara berbuka puasa bersama dengan sajian takjil khas Kopi Arab. (Foto: Tagar/Yulianto)
Ali juga menambahkan untuk setiap harinya, takmir Masjid Menara ini akan menyediakan 40 cangkir kopi Arab pada saat berbuka dan beberapa teko ketika tadarus alquran.
"Kita selalu sajikan Kopi Arab dengan kurma, Itu yang dari kita. Kalau untuk takjil berbuka dari masyarakat sendiri yang menyedekahkannya, seperti nasi bungkus dan camilan," ucap Ali.
Ia melanjutkan setiap Ramadan tiba kopi ini selalu digemari banyak orang. Bahkan ada yang rela datang dari luar kota seperti Jakarta dan kota-kota lainnya.
Salah satu jamaah sekaligus warga Kali cilik, Rifki mengatakan tiap bulan Ramadan, dirinya selalu menyempatkan untuk berbuka puasa di Masjid Layur atau Masjid Menara ini karena penasaran dengan sajian takjil Kopi Arab tersebut. Meski, saat ini masa pandemi corona tak mengurungkan niatnya untuk menyeruput kopi tersebut.
"Ini tidak ditemukan di masjid lainnya atau tempat lain. Saya tetap pakai masker dan mencari tempat duduk yang agak sepi saat berada di masjid," ujar Rifki.
Dilihat dari segi bangunan arsitektur yang kental dengan perpaduan gaya etnis Jawa, Melayu dan Arab sangat terasa menghiasai setiap sudut Masjid Layur mulai dari pintu, jendela, tempat imam hingga menara masjid.
Nampak dinding masjid dihiasi ornamen bermotif geometrik warna-warni. Tetapi karena kompleks Masjid Menara ini dibatasi oleh tembok tinggi kurang lebih lima meter, dengan demikian yang kelihatan dari luar hanya menara saja yang tinggi. Sehingga masjid ini juga disebut masjid Menara, yang dulunya masa perang kemerdekaan 1945-1949 difungsikan sebagai menara pengawas pantai.
Sekarang ini, menara tersebut menjadi tempat bilal atau muazin mengumandangkan azan. []
Baca juga :