Yogyakarta - Istanto Nugroho, 42 tahun, menderita cacat seumur hidup setelah ditabrak oleh dua remaja terduga kenakalan remaja atau klitih di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Yogyakarta pada Minggu, 5 April 2020 dini hari. Usai menabrak, dua remaja terduga klitih dikeroyok hingga babak belur.
Istanto mengatakan, kaki bagian lutut retak setelah ditabrak motor oleh dua remaja tersebut. "Saya cacat seumur hidup. Dengkul (lutut) kaki sebelah kanan saya retak akibat hantaman motor yang menabrak saya," katanya saat dihubungi wartawan melalui sambungan telepon pada Kamis, 9 April 2020.
Peristiwa nahas yang menimpanya saat dia bersama warga setempat ingin menangkap pelaku yang diduga telah merusak spanduk lockdown dan berusaha membuat onar di wilayahnya. Pelaku tersebut berjumlah enam orang yang menggunakan tiga motor berboncengan.
Terduga pelaku sebelumnya sudah beberapa kali mondar-mandir di kampung Jogoyudan dengan membawa senjata tajam. Terduga membawa senjata tajam yang digunakan untuk merobek spanduk lockdown. Peristiwa itu terjadi pada Minggu, 5 April 2020 pukul 00.00 WIB.
"Sekitar jam 12 malam ke atas daerah Jogoyudan ada tiga motor mondar mandir dan merusak spanduk di kampung saya. Orang kampung kan curiga dia bawa senjata mondar mandir sampe berapa kali. Kita kejar terus mereka lari ke barat tapi enggak dapet," ucapnya.
Merasa kampungnya diganggu, dia dan warga setempat menyusun rencana untuk menangkap terduga pelaku. Namun warga tidak bergerak sebelum terduga pelaku beraksi.
Saya cacat seumur hidup. Dengkul kaki sebelah kanan saya retak akibat hantaman motor yang menabrak saya.
Sejak Minggu dini hari itu warga sengaja menunggu di sepanjang jalan untuk menangkap mereka. Tak lama kemudian sekitar pukul 03.00 dini hari, pelaku kembali melintasi Tugu Pal Putih Kota Yogyakarta. Kesempatan itu langsung dimanfaatkan warga dan mengejar pelaku. Pelaku berusaha kabur dengan menancap gas laju kendaraannya ke arah timur.
Setelah tiba di depan Hotel Phoenix, Istanto dan warga lain menghalangi jalan dengan menggunakan bambu sepanjang satu setengah meter. Diharapkan dengan bambu tersebut pelaku bisa berhenti dan jatuh.
Namun Rencananya tidak berjalan mulus. Terduga klitih malah menabrak korban dengan sepeda motor yang dikendarai. Akibatnya korban mengalami patah tulang.
Korban kenakalan remaja di jalanan atau akrab disebut klitih Istanto Nugroho, 42 tahun, menderita cacat seumur hidup (Foto: Dok pribadi/Tagar/Evi Nur Afiah)
"Mereka awalnya sudah dikejar tapi berhasil lari. Terus malah lewat situ lagi. Warga memang sengaja ingin mengepung mereka. Mereka lari karena sudah panik sementara dua motor yang lainnya berhasil kabur lagi," ucapnya.
Warga yang geram dengan tingkah terduga pelaku langsung menghakimi mereka sampai babak belur. Korban juga mengelak terkait penggunaan senjata tajam. Saat kejadian korban hanya membawa kayu bambu.
Korban Tulang Punggung Keluarga
Menurut dia kenakalan remaja atau klitih yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat meresahkan warga. Apalagi jika aksi kejahatannya menimpa korban yang tidak tahu apa-apa. Pelaku klitih harus dibasmi dan tidak boleh eksis di Yogyakarta.
Pria asal Kampung Jogoyudan, Kelurahan Gowongan, Kecamatan Jetis, Kota Yogyakarta ini dalam kesehariannya bekerja sebagai pembuat patung. Melihat kondisinya seperti saat ini tidak dimungkinkan lagi bisa bekerja normal seperti biasanya.
Sebagai tulang punggung keluarganya, korban mengaku sedih karena musibah yang dideritanya akan dibawa sampai seumur hidup. Oleh karena itu korban akan membawa masalah tersebut sampai ke jalur hukum.
Selain itu korban juga meminta pertanggungjawaban atau ganti rugi dari pihak terduga pelaku yang menabrak. "Selain minta ganti rugi saya juga mau membawa kasus ini sampai ke jalur hukum," ucapnya.
Sementara itu, Polsek Jetis Kota Yogyakarta sudah melakukan pemeriksaan terhadap korban sebanyak tiga kali. Kasus tersebut akan segera ditindaklanjuti setelah terduga pelaku keluar dari rumah sakit. Nantinya mereka akan dipertemukan di polsek dan membicarakan proses selanjutnya. []
Baca Juga:
- ASN di Yogyakarta Meninggal Bukan karena Covid-19
- Penjelasan Mirip Jeritan Hantu Kuntilanak di Bantul
- Sultan: Tiga Syarat Mudik di Yogyakarta Saat Corona