Jakarta, (Tagar 22/10/2017) - Pihak Indonesia menuntut Amerika Serikat (AS) untuk mengklarifikasi mengapa Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, ditolak masuk ke Amerika Serikat. Sebelumnya, Jenderal Gatot, memang telah menangguhkan hubungan militer dengan Australia karena mengajarkan materi yang dianggap menghina di sebuah pangkalan Angkatan Darat Perth, Australia.
Juru bicara TNI, Wuryanto, mengatakan bahwa Jenderal Gatot diundang Jenderal Joseph Dunford, Kepala Staf Gabungan untuk menghadiri sebuah konferensi mengenai topik melawan organisasi ekstremis. "Atas undangan tersebut, komandan militer Indonesia mengkonfirmasi kehadirannya sebagai bentuk penghormatan kepada yang mengundangnya," kata Wuryanto.
Menurut Wuryanto, militer Indonesia telah mengirim surat ke Komandan Militer AS soal penolakkan itu. Sampai sekarang, belum ada tanggapan.
, Aaron Connelly mengatakan, Jenderal Gatot sebelumnya telah menimbulkan kekhawatiran tentang Marinir AS yang memutar melalui Darwin, menunjukkan jarak dekat dengan Papua Barat dan blok gas raksasa Masela di Indonesia. "Saya, sebagai komandan TNI, harus bertanya-tanya apa maksudnya," kata Jenderal Gatot dalam sebuah ceramah. "Mengapa tidak di Filipina? Mereka memiliki basis di sana. Tidak masalah, tapi itu Darwin," kata Gatot. Dia juga berbicara tentang menghentikan Australia untuk merekrut perwira Indonesia sebagai mata-mata. Lowy Institute Research Fellow, Aaron Connelly mengatakan, Jenderal Gatot sebelumnya telah menimbulkan kekhawatiran tentang Marinir AS yang memutar melalui Darwin, menunjukkan jarak dekat dengan Papua Barat dan blok gas raksasa Masela di Indonesia. "Saya, sebagai komandan TNI, harus bertanya-tanya apa maksudnya," kata Jenderal Gatot dalam sebuah ceramah. "Mengapa tidak di Filipina? Mereka memiliki basis di sana. Tidak masalah, tapi itu Darwin," kata Gatot. Dia juga berbicara tentang menghentikan Australia untuk merekrut perwira Indonesia sebagai mata-mata.
"Dalam pidato publik, dia sering mendukung teori petanya bahwa orang asing terlibat dalam perang proxy untuk melemahkan Indonesia," penulis dan komentator Indonesia John McBeth menulis di Asia Times bulan ini.
Evan Laksmana, seorang peneliti senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) di Jakarta, mentweet bahwa penolakan masuk Panglima TNI merupakan masalah yang sangat serius untuk hubungan bilateral. Laksmana mentweet bahwa penolakan masuk terkait dengan operasi militer dan karir, seperti yang dialami beberapa perwira TNI di masa lalu.
Jenderal Gatot, diyakini memiliki aspirasi politik saat dia pensiun dari militer pada bulan Maret tahun depan. Sikap politiknya menimbulkan kontroversi ketika bulan lalu, dia menuduh sejumlah institusi non-militer telah memerintahkan 5.000 senjata api ilegal dari luar negeri.(wwn/TheSydneyMorningHerald)