Tegal - Garis polisi terpasang di sebuah rumah di RT 01 RW 02, Desa Kendayakan, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Selasa 29 Oktober 2019 malam.
Rumah bercat kuning itu menjadi saksi bisu pembunuhan yang dilakukan W, 28 tahun, terhadap ayah kandungnya, Rohadi, 58 tahun.
Berdasarkan kronologis yang dihimpun Tagar di lokasi kejadian, di rumah tersebut Rohadi meregang nyawa setelah dibacok W menggunakan sebilah kapak saat sedang tidur di kamar.
Istri Rohadi, Suriah tak melihat kejadian itu karena sedang bantu-bantu di rumah tetangganya yang menggelar hajatan sejak pagi.
Baru ketika pulang sekitar pukul 17.48 WIB, ia kaget mendapati adanya bercak darah di kamar saat mencari suaminya.
Suriah pun bergegas memberi tahu dua orang tetangganya, Kliwon dan Ruswat. Anggota Polsek Warureja yang mendapat laporan juga langsung mendatangi lokasi kejadian.
"Anggota kami bersama saksi-saksi lalu mencari korban dan ditemukan di septic tank di sebelah barat rumah dalam keadaan meninggal," ujar Kapolsek Warureja Iptu Nugroho, Selasa 29 Oktober 2019.
Saat ditemukan di dalam septic tank yang jaraknya sekitar dua meter dari rumah, kondisi mayat Rohadi terbungkus tikar. Mayat buruh tani itu kemudian dibawa ke RSUD Suradadi, Kabupaten Tegal dan dilakukan visum.
Sehari-hari di rumah karena tidak bekerja. Kalau ke luar rumah paling ke musala, salat. Salatnya rajin
"Terdapat luka di dagu, bawah leher, dan punggung korban berdasarkan hasil visum," ungkap Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Tegal AKP Gunawan Wibisono, Selasa 29 Oktober 2019.
Usai membacok ayahnya, W sempat membersihkan bercak darah di kapak dan menyimpannya di makam desa setempat sebelum menyerahkan diri ke polisi. Kapak itu disimpan dan dalam karung bersama sejumlah pakaian.

Untuk menyamarkan keberadaannya, karung berwarna putih itu ditutupi dengan daun. Barang bukti tersebut sudah diamankan polisi bersama sejumlah barang bukti lainnya, di antaranya tikar, sarung, dan tali rafia.
Belum diketahui tujuan W menyembunyikan kapaknya di makam bersama pakaian. Polisi juga masih menyelidiki motif pria yang disinyalir mengalami gangguan jiwa itu melakukan perbuatan sadis.
"Kami akan bawa ke rumah sakit jiwa untuk memeriksa kondisi kejiwaannnya. Kami belum bisa simpulkan," jelas Kasatreskrim.
Kepala Desa Kendayakan Rasiun mengatakan, W setiap hari tinggal bersama ayah dan ibunya. "Dua kakaknya bekerja di Jakarta. Kalau satu adiknya sudah meninggal," ucapnya.
Menurut Rasiun, setelah kejadian, Suriah tinggal sementara di rumah salah seorang saudaranya. "Ibunya syok," ujarnya.
Seorang tetangga Rohadi, Ripai, mengatakan sehari-hari W lebih sering berada di rumah.
"Sehari-hari di rumah karena tidak bekerja. Kalau ke luar rumah paling ke musala, salat. Salatnya rajin," ujarnya.
Ripai menyebut warga kerap resah dengan keberadaan W karena bukan kali ini saja pria yang pernah bekerja di kapal pencari ikan di Taiwan itu melakukan pembacokan.
"Setahu saya sudah tiga kali ngamuk. Memang hanya ke keluarganya. Tapi warga cukup resah. Warga takut," tuturnya. []