Kue Bandung, Kuliner Perekat Keluarga Semarang

Kue Bandung di Semarang menjadi kuliner yang cocok dinikmati di musim hujan. Jadi sarana perekat keluarga.
Kue Bandung Gardena milik Sudarto, di Banyumanik, Semarang. Kuliner ini cocok disantap di musim hujan, jadi sarana perekat hubungan keluarga. (Sumber: Tagar/Budi Utomo)

Semarang – Bagi mereka yang sudah lama tinggal di daerah Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah, tentu banyak yang pernah merasakan nikmatnya Kue Bandung Gardena. Kue ini menjadi kuliner yang pas disantap di musim hujan dan jadi sarana perekat keluarga. 

Di Banyumanik, kudapan ini menjadi salah satu legenda kuliner wilayah setempat. Kue Bandung Gardena yang terletak di kawasan bisnis Jalan Jati Raya sudah ada sejak puluhan tahun lalu. 

Sudarto 49 tahun, penjual Kue Bandung Gardena, sudah merantau ke Semarang pada awal tahun 1990-an. Setelah tamat sekolah menengah atas, dia menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu membuka usaha serupa di daerah Peterongan, tepatnya di depan Java Mall.

“Dulu belum ada mal itu. Jadi, kakak saya jualannya di atas trotoar,” ujarnya pada Tagar, Jumat, 31 Januari 2020.

Saat sampai di Semarang, lanjut Sudarto, dia langsung belajar membuat kue bandung dari kakaknya. Padahal, sebelumnya dia tidak berencana untuk menjadi penjual kue bandung.

“Setelah yakin bisa buat sendiri, saya cari daerah yang penjual kue bandungnya masih sedikit. Dan di sinilah tempatnya,” katanya sambil menunjuk ke bawah.

Bapak dua anak yang sudah menginjak dewasa itu mengaku mulai berjualan di daerah Banyumanik pada tahun 1993. Dia memilih lahan di depan ruko di pinggir Jalan Jati Raya.

Sekadar diketahui, kawasan Banyumanik yang terletak di Semarang atas pada tahun 1993 sudah berkembang menjadi daerah pemukiman baru yang aman. Tidak seperti daerah Semarang bawah yang identik dengan banjir, Banyumanik relatif jauh dari kabar negatif.

Setelah yakin bisa buat sendiri, saya cari daerah yang penjual kue bandungnya masih sedikit. Dan di sinilah tempatnya.

Sebelum tahun 1980, kawasan ini adalah perkebunan yang subur. Karena pusat Kota Semarang sudah semakin padat, pemerintah mengubah perkebunan itu menjadi permukiman bernama Perumnas Banyumanik.

Awalnya, orang sungkan tinggal di perumnas karena lahannya tidak seluas rumah di kampung. Namun seiring dengan populasi yang bertambah, maka kebutuhan lahan pun semakin meningkat. Dan Perumnas Banyumanik laris bak kacang goreng.

Dalam waktu kurang dari tiga tahun permukiman ini langsung penuh. Kebanyakan yang memilih tinggal di situ adalah para perantau dari kota kecil. Mereka datang ke kota besar Semarang untuk mengubah nasib.

Untuk menunjang kebutuhan hidup, maka di sepanjang jalan utama dibangun ruko atau rumah toko. Salah satunya adalah toko serba ada (toserba) di Jalan Jati Raya yang bernama Gardena.

Sudarto memilih lahan jualannya tepat di depan Gardena, sehingga banyak orang memberi nama jualannya dengan Kue Bandung Gardena. Namun sayang, ternyata toserba itu tidak bisa bertahan lama. Sedangkan jualan Sudarto masih eksis hingga sekarang.

Salah satu yang mengesankan dari kuliner milik pria asal Kabupaten Pati, Jawa Tengah, itu adalah kesederhanaan. Mulai dari gerobak hingga cara penyajiannya. Bahkan, jika banyak penjual kue bandung merangkap menjadi penjual martabak, Sudarto tetap setia dengan jualan yang dia geluti dari awal, kue bandung.

Pria yang memilih membangun rumah di desanya di Pati itu juga tidak tertarik untuk membuka cabang lain, meski kulinernya sudah menjadi legenda di kalangan penggemar kue bandung di daerah Semarang atas.

“Nanti malah pusing mikir cabang yang lain,” ujar Sudarto beralasan.

Harga yang dipatok pun terhitung yang paling murah dibandingkan dengan kuliner serupa. Kue bandung menu orisinil, yaitu kacang coklat milik Sudarto dibanderol dengan harga hanya Rp 13.000. Sedangkan yang paling mahal adalah rasa kacang coklat keju yang harganya Rp 18.000.

Namun jangan salah, meski menunya masih orisinil, masalah rasa, kue bandung buatan Sudarto tetap nikmat dan khas. Saat menyatapnya, lidah seakan mengenang pada masa lalu, di mana kue bandung menjadi hidangan lezat yang merekatkan keluarga.

Tidak heran kalau kuliner Sudarto selalu laris manis setiap malamnya. Kebanyakan pelanggannya adalah sepasang suami istri yang membawa makanan itu untuk keluarga di rumah. Dan menikmati kue bandung memang akan lebih nikmat bila disantap bersama keluarga atau teman dekat. Terlebih saat musim hujan seperti sekarang ini. []

Baca juga: 

Berita terkait
Kue Keranjang, Simbol Kerukunan Imlek Lasem Rembang
Kue keranjang, panganan khas setiap Imlek. Di Lasem, Rembang, panganan ini juga simbol kerukunan.
Lumpia Gang Lombok, Oleh-oleh Imlek Khas Semarang
Lumpia menjadi salah satu panganan khas Semarang yang banyak diburu untuk dinikmati di perayaan Imlek.
Yopia Cemilan Wajib Perayaan Imlek di Rembang
Yopia, panganan wajib yang disuguhkan warga Tionghoa di Rembang saat perayaan Imlek, selain kue keranjang.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.