Kurs Dolar Naik Pedagang Tempe Kena Imbas

Kurs dolar AS yang naik membuat pedang tahu dan tempe di Cianjur, Jawa Barat, kena imbasnya karena harga kacang kedelai naik tajam
Pedagang tempe di Pasar Induk Cianjur, Jabar. (Foto: Tagar/Muhammad Ginanjar).

Cianjur - Pedagang tempe pasar Induk Pasir Hayam, Cianjur, Jawa Barat, mengeluhkan dengan situasi saat ini. Pasalnya dengan harga yang tidak sesuai mereka masih menjual tempe dengan harga dan bentuk yang belum diubah.

“Kalau itung-itungan ya sebenernya rugi, tapi mau gimana lagi kan harus jualan untuk makan, Harusnya memang kan harga nya naik, tapi saat ini tidak bisa, kita masih nunggu, karena harganya belum stabil. Walaupun harganya masih segitu mungkin solusinya bentuk diperkecil,” kata seorang pedagang, Abdullah, 39 tahun, di pasar Cianjur, Jawa Barat, Selasa, 24 Maret 2020.

Abdullah mengaku jika penjualannya saat ini menurun tidak seperti biasanya, meskipun setiap hari peminatnya banyak akan tetapi saat ini stok terbatas, sehingga ia pun bisa menjual seadanya.” Harusnya memang kan harga nya naik, tapi saat ini tidak bisa, kita masih nunggu, karena harga kedelainya belum stabil. Kalaupun harganya masih segitu mungkin solusinya bentuk diperkecil, dan kami harus libur dulu,” ungkap Abdullah.

Dia bersama para pedagang lainnya di pasar induk Cianjur akan libur untuk berjualan sampai dengan adanya keputusan baru terkait dengan harga ataupun ukuran yang akan disesuaikan nantinya. ”Nanti menunggu kesempatannya seperti apa, hari ini kita berjualan dulu, karena masih ada stok untuk dijual hari ini, besok mungkin libur sampai hari jum’at,” tutur Abdullah.

Dikonfirmasi terpisah, Ketua Koperasi Tahu Tempe (Kopti) Kabupaten Cianjur, Hugo, mengatakan, kedelai merupakan bahan baku utama tempe, karena bergantung pada nilai tukar rupiah ke dollar maka, harganya pun menyesuaikan. “Harga kedelai saat ini sekitar Rp 8.300 perkilonya, naik dari awalnya Rp 7.000, ini memang menjadi polemik bagi pengusaha dan pedagang juga,” kata Hugo.

Hugo menuturkan, saat ini kenaikan harga begitu melonjak, karena sebelumnya hanya sekitar Rp 200 sampai Rp 300 saja. Dan ini menurutnya harga tertinggi sejak beberapa tahun terakhir. ”Kenaikan harga bahan baku, mengakibatkan pengeluaran produksi meningkat, hingga membuat pengusaha tempe di Cianjur kebingungan,” imbuhnya.

Ia berharap kedepan Pemerintah bisa memberikan solusi terbaik kepada para pengusaha maupun pedagang. ”Mudah-mudahan, ada jalan terbaiknya,” harap Hugo. []

- Muhammad Ginanjar

Berita terkait
Bulan Ramadan, Pedagang Liar Pasar Cianjur Bersih
Memasuki bulan Ramadan satu persatu pedagang liar di Pasar Induk Cianjur mulai dibersihkan dengan alasan untuk pembenahan.