Jakarta - Laba penjualan terompet dan kembang api di Pasar Gembrong, Jakarta Timur (Jaktim) anjlok jelang pergantian tahun 2020. Hal itu dirasakan pedagang setelah Pasar Gembrong digusur oleh proyek jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu).
Sepi, tahu deh, makanya bingung, biasanya jualannya sampai dua meja.
"Orang-orang sudah males ke sini karena penjualnya sudah nyebar (tidak lagi terpusat)," kata Tomiah, pedagang terompet dan kembang api di Pasar Gembrong kepada Tagar, Jaktim, Senin, 30 Desember 2019.
Menurut Tomiah, penjualannya saat pergantian tahun 2020 dengan 2019 sangat berbeda. Dia mengaku dagangannya hanya tersisa sedikit pada dua hari menjelang tahun 2019. Namun dua hari menghadapi 2020, penjualannya anjlok.
Pedagang di Pasar Gembrong lainnya, Ipnu, mengeluhkan hal serupa. Menjelang tahun 2019, perempuan paruh baya itu sampai dua meja menjajakan terompet, kembang api, dan petasan di pinggir jalan. Tahun ini dia hanya berjualan dengan satu meja.
"Sepi, tahu deh, makanya bingung, biasanya jualannya sampai dua meja," ujar Ipnu.

Ketika Pasar Gembrong masih ada, parkir kendaraan di pinggir jalan dapat membuat jalanan macet. Namun tahun ini, pemandangan itu tak tampak lagi.
Selain itu, faktor cuaca mempengaruhi penjaualan terompet dan kembang api. Jika musim hujan, kata Toimah, pembeli malas keluar untuk belanja.
"Kertas terompet juga lebih mudah melempem jika terkena air hujan," kata perempuan yang telah berjualan terompet dan kembang api sejak 14 tahun silam ini.
Ipnu mengaku hanya mendapat untung dua ratus ribu per hari. Angka itu, menurut dia, tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. "Dua ratus ribu dipakai makan dengan anak-anak, habis," katanya.
Sementara Toimah telah mengeluarkan duit dari koceknya senilai 8 juta untuk belanja barang dagangan. Jika semua barangnya laku, Tomiah akan meraup keuntungan hingga 16 juta pada 1 Januari 2020. "Tapi yang penting balik modal dulu," tutur dia. []