Lawatan Presiden Joe Biden ke Prancis untuk Tinjau Konflik Masa Lalu dan Masa Depan

Biden gambarkan Prancis sebagai salah satu sekutu terkuat negaranya, yang ia wujudkan dengan kunjungan kenegaraan pertama ke Prancis 2022
Presiden AS Joe Biden disambut oleh pasukan kehormatan Prancis setelah tiba di bandara Orly, selatan Paris, Rabu, 5/6/2024. Biden berada di Prancis untuk memperingati ulang tahun ke-80 "D-Day". (Foto: voaindonesia.com/AP)

TAGAR.id, Paris, Prancis – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, berada di Prancis pada Rabu, 5/6/2024, untuk memperingati 80 tahun pendaratan militer di Normandia (kekalahan Jerman dalam Perang Dunia ke-2). Biden juga menggarisbawahi perlunya aliansi transatlantik yang kuat dalam menghadapi agresi Rusia.

Presiden Biden juga dijadwalkan bertemu langsung dengan presiden Ukraina, yang diundang untuk menghadiri upacara suram memperingati pertempuran yang memicu berakhirnya Perang Dunia II, yang dikenal dengan "D-Day".

Biden telah lama menggambarkan Prancis sebagai salah satu sekutu terkuat negaranya, yang ia wujudkan dengan kunjungan kenegaraan pertama ke Prancis pada tahun 2022.

Kini saatnya bagi Prancis untuk membalas keramahtamahannya, ketika Biden memperingati 80 tahun serangan besar-besaran Sekutu yang bersejarah.

Penasihat komunikasi keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby mengatakan, “Presiden sangat mendambakan pergi ke Normandia selama dua hari ke depan pekan ini, untuk memperingati pengabdian, pengorbanan, dan keberanian para prajurit, baik Sekutu maupun Amerika, yang bertempur di D-Day pada hari itu, memimpin Operasi Overlord, awal dari berakhirnya Nazi Jerman. Operasi itu adalah awal dari sesuatu yang lebih berdampak, yaitu tatanan internasional berdasarkan aturan yang masih kita nikmati hingga kini.”

Biden berencana menggunakan acara itu untuk menekankan perlunya persatuan trans-Atlantik melawan agresi Rusia di Ukraina. Di sini, kata para analis, sejarah menawarkan pelajaran.

Mark Cancian, pensiunan kolonel Marinir dan penasihat senior di Pusat Studi Strategis dan Internasional mengatakan melalui Zoom, “Pendaratan D-Day adalah pernyataan militer Sekutu Barat, bahwa rezim otoriter tidak bisa mengubah perbatasan dengan kekerasan. Negara-negara tidak bisa diserang begitu saja, dan bahwa rezim otoriter seperti yang dibentuk oleh Nazi Jerman, terutama dengan penindasan yang mengerikan terhadap rakyat yang ditaklukkan, khususnya orang-orang Yahudi, tidak dapat diterima dan harus dihancurkan.”

Namun para analis mengatakan, tujuan Biden atas Ukraina akan dibayangi oleh dukungannya yang semakin tidak populer atas konflik lain.

Trita Parsi, Wakil Direktur Quincy Institute mengatakan, “Meskipun Ukraina jelas merupakan prioritas utama bagi Eropa, mereka melihat bagaimana kebijakan pemerintahan Biden mengenai Gaza, merusak keamanan Eropa dalam dua cara yang berbeda. Pertama, hal ini benar-benar menghancurkan kredibilitas Barat di komunitas internasional yang lebih luas dan di negara-negara Selatan. Setiap pembicaraan tentang tatanan internasional berdasarkan aturan kini, akan ditertawakan, mengingat apa yang telah dilakukan pemerintahan Biden.”

Pada masa yang baik, diplomasi tingkat tinggi merupakan tantangan bagi pemimpin dunia mana pun.

Dalam kondisi terburuk, hal itu dapat memicu konflik.

Ketika Biden mendarat di Prancis menjelang pertemuan puncak tingkat tinggi selama enam minggu yang bertujuan meredakan ketegangan di seluruh dunia, pertanyaannya: pada zaman apakah kita hidup sekarang ini? (ps/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Menteri Ekonomi Prancis dan Jerman serta Italia Bahas Kebijakan Industri
Pertemuan ini memberikan kesempatan untuk membahas cara-cara meningkatkan produktivitas melalui teknologi ramah lingkungan dan digital