Jakarta, (Tagar 31/8/2018) - Lima detik pelukan itu butuh waktu seumur hidup untuk melupakannya. Lima detik pelukan yang tak patut dilupakan. Lima detik pelukan bersejarah yang akan terus dikenang.
"Indonesia... Indonesia... Indonesia.." teriakan lantang suara ribuan penonton menggema di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Rabu, (29/8) dilansir Antara.
Saat itu, menjelang pukul 17.00 Wib, mereka berharap-harap cemas menunggu wasit menentukan siapa pemenang antara pesilat Indonesia dan pesilat Vietnam Thai Linh Nguyen.
"And.. the winner is..?," ucap pembawa acara melalui pengeras suara yang membuat suasana tribun di padepokan terdiam sejenak.
"Hanifan Yudani Kusumah, from Indonesia," lanjut pembawa acara sembari dengan suara lebih keras hingga membuat ribuan penonton yang hadir menyaksikan langsung berdiri dan bertepuk tangan riuh.
Mereka melompat kegirangan, bersorak sorai sembari mengangkat bendera Merah Putih, bahkan ada yang menggendong anaknya sembari menari.
Hanifan yang turun di kelas C putra 55 kg-60 kg menang dramatis dengan skor 3-2.
Di awal babak, kedua pesilat bermain aman dan tidak banyak poin yang diperoleh dari lima wasit juri, keduanya bahkan mendapatkan pengurangan satu poin karena melakukan pelanggaran.
Menjelang akhir pertandingan, ia nyaris kalah sebelum akhirnya membalikkan poin beberapa detik sebelum pertarungan usai.
Pemandangan tak kalah harunya juga tampak di matras arena, saat wasit mengangkat tangan kiri Hanifan yang saat itu berada di sisi merah.
Usai berpelukan dengan sang lawan, ia berlari ke arah pelatih yang sudah menyiapkan bendera Merah Putih.
Pesilat kelahiran Bandung itu pun berlari mengelilingi arena dan memberikan hormat ke penonton. Cukup sekali ia mengitari matras sembari membawa bendera kebangsaan, kemudian terhenti langkahnya sembari menangis sesenggukan dan duduk di lingkaran matras, lalu melakukan sujud syukur.
Di tribun, penonton masih tak berhenti mengelu-elukan namanya, yang juga menjadi pertanda raihan medali emas ke-13 (dari total akhir 14 emas dan satu perunggu), khusus dari cabang olahraga pencak silat.
Detik-detik Pelukan
Selebrasi tak berhenti sampai di situ. Hanifan yang sadar penampilannya disaksikan langsung orang nomor satu dan dua di Republik ini, yakni Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kemudian berjalan menuju tribun kehormatan di kursi VVIP.
Jokowi yang mengenakan jaket warna merah hadir di saat pertarungan Hanifan melawan Thai Linh Nguyen berlangsung, atau sekitar pukul 16.30 Wib.
Satu per satu anak tangga dinaikinya, ia disambut jabatan tangan Ketua Kontingen Indonesia pada Asian Games 2018 Komjen Pol Syafruddin yang juga Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, lalu menyambutnya dengan pelukan.
Berikutnya, ia bersalaman dan mencium tangan Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarno Putri, dilanjutkan dengan pelukan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Tiba giliran Jokowi, Hanifan awalnya hanya mencium tangan dan Presiden membalasnya dengan cipika-cipiki serta pelukan.
Di sebelah Jokowi sudah berdiri Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Prabowo Subianto yang menyambutnya dengan dekapan erat ditambah riuh penonton semakin bergemuruh.
Jokowi yang berada di sebelahnya pun ikut memberikan aplaus, bahkan melakukan gerakan tepuk tangan ke atas.
Usai melepas dekapannya, Hanifan kemudian memegang tangan kanan Jokowi dan tangan kanan Prabowo lalu menyatukannya, ditambah dengan pelukan bersama.
Terkesima
Ribuan pasang mata di tribun semakin riuh, jutaan masyarakat Indonesia yang menyaksikannya langsung dari layar televisi juga tentu terkesima dengan aksi Hanifan yang nekat melakukannya.
Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristyanto yang berdiri di belakang Jokowi kegirangan melihat pemandangan itu, bahkan berkali-kali melompat dan mengangkat tangannya bertepuk tangan.
Wapres JK yang berdiri di sebelah kanan Jokowi dan Menteri PMK Puan Maharani yang berada di samping kanan Prabowo bertepuk tangan sambil tersenyum.
Tidak lama, hanya sekitar lima detik, tapi momentum tersebut langsung menjadi sorotan tidak lebih dari lima menit kemudian. Gambar menyebar di mana-mana, begitu juga videonya.
Hanya dalam hitungan jam, animasi yang menggambarkan momentum tersebut juga sangat mudah didapatkan di dunia maya.
Video Youtube yang mengisahkan perjuangan Hanifan bertanding, selebrasi hingga momentum berpelukan itupun disaksikan lebih dari 300 ribu dan dikomentari lebih dari 700 orang kurang dari 24 jam.
Bahkan, tanpa kita mencarinya, sudah muncul di Whatsapp yang disebar oleh anggota grup, termasuk dijadikan "update status" mayoritas sosial media.
Lelah Lihat Media Sosial
Ditemui saat akan meninggalkan Padepokan Pencak Silat TMII, Hanifan mengaku kaget saat aksi yang dilakukan secara spontanitas itu viral, bahkan menjadi bahan pembicaraan masyarakat nasional, termasuk di dunia maya.
Saat Antara menunjukkan fotonya berpelukan, pesilat yang 25 Oktober ini berusia 21 tahun tersebut seolah tak percaya karena momentum itu tak direncanakannya terlebih dahulu.
"Masa' jadi viral? Saya refleks ketika melihat Pak Jokowi da Pak Prabowo di tribun kehormatan. Mereka adalah orang-orang hebat," katanya.
Putra pasangan Dani Wisnu dan Dewi Yanti tersebut mengaku lelah melihat sosial media yang berkaitan dengan perpolitikan di Indonesia, karena tidak sedikit yang saling hina dan menghujat meski satu Tanah Air.
Peraih medali emas PON 2016 di Jawa Barat itu bersyukur jika aksinya mampu memberikan inspirasi dan reaksi positif bagi banyak pihak sehingga diharapkan suasana di beberapa daerah yang sempat "panas" bisa menjadi "dingin".
Pemuda yang sedang menjalin kasih dengan Pipiet Kamelia, pesilat yang turut menyumbang medali emas Asian Games di Kelas D Putri 60kg-65 kg putri, juga mengaku refleks dan hanya memiliki niatan silaturahim.
"Ini juga menunjukkan bahwa di pencak silat tidak terpengaruh dengan politik-politikan. Semoga masyarakat Indonesia selalu hidup rukun dan damai," kata peraih emas di "World Champions" di Bali pada 2016 itu.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PB IPSI Prabowo Subianto kompak menyebut pelukan pesilat Indonesia Hanifan Yudani Kusumah berbau harum setelah meraih medali emas cabang olahraga pencak silat Asian Games 2018.
Saat dipeluk bersama-sama dengan Prabowo, Presiden Jokowi awalnya mengaku tidak tahu dan secara spontanitas berpelukan bertiga disaksikan ribuan penonton yang menyaksikannya langsung di arena.
Hal senada disampaikan Prabowo Subianto yang mengatakan keringat Hanifan memang bau harum karena sukses mempersembahkan medali emas bagi Indonesia.
Pelukan itu juga menandakan bahwa kita adalah satu keluarga, kata Ketua Umum DPP Partai Gerindra tersebut.
Momentum itu menjadi bersejarah dan langsung mendapat sorotan dari publik karena keduanya sama-sama bakal calon Presiden yang akan saling berhadapan di Pemilihan Umum Presiden 2019.
Pada pemilu presiden mendatang, Jokowi berpasangan dengan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin, sedangkan Prabowo Subianto didampingi oleh mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.
Bernilai Kebangsaan
Pakar komunikasi politik asal Universitas Airlangga Suko Widodo berpendapat peristiwa tersebut menyita perhatian karena saat ini tengah terjadi "kekeringan" nilai kerukunan kebangsaan.
"Momentum tersebut menjadi pesan kebangsaan dari rakyat untuk para pemimpin sehingga selayaknya Indonesia harus berbangga memiliki rakyat yang masih merindukan nilai kebangsaan seperti itu," katanya.
Dosen Fisip Unair tersebut berharap peristiwa semacam itu mengilhami cara berpikir para pemimpin di negeri ini, terutama bagi para politikus.
"Yang pasti, ini adalah pesan bagus dari rakyat yang merindukan kerukunan bangsa, pesan kebangsaan untuk pemimpin Indonesia. Dan, peristiwa spontan dan ikhlas tersebut meluluhkan rasa bermusuhan atau konflik di antara yang berseteru," katanya.
Peristiwa itu juga menjadi sorotan sejumlah ormas kepemudaan, salah satunya apresiasi dari Pemuda Pancasila Jawa Timur yang mengaku bahagia melihat Jokowi dan Prabowo berpelukan.
Ketua MPW Pemuda Pancasila Jatim La Nyalla Mahmud Mattalitti mengatakan, momentum itu mencairkan banyak ketegangan dalam dua pekan terakhir akibat adanya kericuhan di beberapa tempat, khususnya di Pekanbaru dan Surabaya.
"Karena itu, PP Jatim akan mengambil inisiatif untuk menularkan energi positif itu sampai ke akar rumput melalui dialog, diskusi, adu gagasan, adu argumentasi, bahkan debat sekalipun, antardua pendukung calon di ruang publik," katanya.
Harapannya, kata dia, menuju 2019 masyarakat akan terbiasa mengelola perbedaan pilihan sekaligus menunjukkan kepada dunia, bahwa berbeda pilihan di Indonesia adalah hal biasa.
"Saya yakin, momen berangkulan itu tentunya sudah diatur oleh Allah SWT. Tuhan menunjukkan kekuasaan-Nya, bahwa kita harus tetap bersatu," kata mantan Ketua Umum PSSI yang pada Pemilu 2019 terdaftar sebagai bakal calon anggota DPD RI dapil Jatim tersebut. []