Lima Sila dan Semangat Membangun Bangsa dari Papua

Yayasan Lima Sila yang dilahirkan Komarudin Watubun, menjadi wadah semangat dan kreativitas generasi muda untuk menjadi pemimpin yang berkhidmat.
Prosesi peluncuran Yayasan Lima Sila sekaligus penutupan Youth Leadership Forum yang digelar di Sentani Purnama Resto, Kampung Yoka, Kota Jayapura, Minggu 9 Februari 2020. (Foto: Tagar/Paul Manahara Tambunan)

Jayapura - Komarudin Watubun, meluncurkan Yayasan Lima Sila, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-52 tahun. Peluncuran ini, sekaligus menjadi puncak penutupan youth leadership forum yang digagas politikus PDI Perjuangan itu, bersama lima pendiri yayasan.

adalah program untuk mendorong generasi muda berkarakter dan memiliki jiwa kepemimpinan dengan harapan mencerdaskan calon-calon pemimpin abad 21.Youth leadership forum adalah program untuk mendorong generasi muda berkarakter dan memiliki jiwa kepemimpinan dengan harapan mencerdaskan calon-calon pemimpin abad 21.

Instruktur dan fasilitator program terdiri dari berbagai latar belakang. Seperti ilmuwan, seniman, dan aktivis, hingga kalangan profesional lainnya.

Para peserta program didorong untuk mampu menciptakan solusi, inovasi dan antisipasi isu-isu sosial, ekonomi, lingkungan negara dan kawasan sesuai amanat alinea ke-4 pembukaan UUD 1945.

Pemimpin harus memiliki etika kuat, logika matang, estetika. Serta harus mampu berkhidmat kepada sang pencipta dan masyarakat.

Antusiasme ratusan pelajar SMA di ujung timur Indonesia, malam itu Minggu, 9 Februari 2020, sungguh berapi-rapi. Semangat mereka kembali bangkit untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa, ketika Komar mengenang kejayaan nusantara di Papua.

Menurut Komar, kejayaan nusantara pada abad ke-15 dimulai dari timur Indonesia. Saat itu, Maluku menjadi pusat perdagangan rempah dan rebutan bangsa-bangsa di dunia. Demikian juga Papua yang kaya akan minyak dan gas, serta biji emas di perut bumi hingga hamparan hutan.

"Namun saat itu, kita dikuasai ratusan tahun oleh Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Begitu juga Amerika yang mengeruk kekayaan migas dan tambang emas kita. Sejarah berulang. Kita bicara tentang Indonesia yang menghargai keadilan sosial. Kita harus didik adik-adik kita untuk menghadapi ancaman itu," kata ketua bidang kehormatan partai besutan putri proklamator itu.

KomarPolitisi PDI Perjuangan Asal Papua, Komarudin Watubun, menceritakan gagasannya soal Indonesia 105 tahun mendatang. (Foto: Tagar/Paul Manahara Tambunan)

Polisiti asli Papua itu berharap, kehadiran Yayasan Lima Sila kelak mencetak para pemimpin beretika dan berhikmat. Sebab, di tangan generasi mudalah nasib bangsa ini tertompang 150 tahun mendatang.

"Pemimpin harus memiliki etika kuat, logika matang, estetika. Serta harus mampu berkhidmat kepada sang pencipta dan masyarakat," katanya.

Menyiapkan Generasi Hebat

Program Yayasan Lima Sila dimulai dari bumi cenderawasih, sebagai titik matahari terbit menyinari nusantara. Yayasan ini diharapkan menjadi wadah membangun generasi muda dari Sabang sampai Merauke.

"Sekarang pemimpin harus bisa melahirkan pemimpin. Kepemimpinan seseorang bukan ditentukan oleh usianya, tapi pengalaman. Pemimpin yang dibutuhkan negeri ini adalah pemimpin yang berkhidmat seperti makna pancasila di sila keempat," ujar Bung Komar disambut sorak sejumlah kepala daerah yang hadir di Purnama Resto Yoka, tepian Danau Sentani, Kota Jayapura.

Ini sangat bagus untuk membina generasi muda yang akan menjadi pemimpin masa depan. Pemimpin harus berkarakter, bermartabat dan memiliki kemampuan inovasi.

Bung Komar menceritakan sepenggal kisah di balik lahirnya Yayasan Lima Sila yang mengusung visi mewujudkan cita-cita kedaulatan berbangsa berdasar pancasila, serta proteksi kelestarian sumber daya dan kekayaan alam Indonesia.

"Setelah 25 tahun perjalanan (politik), saya melihat problem bangsa ini semakin rumit. Kerumitan itu pun (justru) banyak berasal dari politisi. Sementara pemimpin republik yang bisa menyelesaikan persoalan berdasarkan cita-cita proklamasi, itu harus bisa berkhidmat bijaksana," tutur Komarudin.

Berangkat dari situlah kemudian gagasan itu diwujudkan, lalu membuat pelatihan kepemimpinan dengan menyesuaikan perkembangan gaya hidup anak muda yang tak lepas dari teknologi. Sejumlah akademisi dari berbagai kampus terkemuka dan praktisi kreatif dihadirkan guna menuntun anak-anak agar menjadi pribadi mandiri, serta memiliki integritas kepemimpinan.

"Saya berharap pemerintah di 29 kabupaten dan kota di Papua, dapat mengadopsi keberlanjutan program ini di daerah masing-masing. Bahkan provinsi lain di tanah air Indonesia yang kita cintai ini,” ujarnya.

PelajarAntusiasme pelajar mengikuti Youth Leadership Forum yang digelar di Sentani Purnama Resto, Kampung Yoka, Kota Jayapura, Minggu 9 Februari 2020. (Foto: Tagar/Paul Manahara Tambunan)

Wali Kota Jayapura Benhur Tomi Mano mengapresiasi program yayasan yang didirikan Komarudin. Ia menyebut, politisi kelahiran Maluku itu sebagai suhu, atau gurunya dalam sepanjang perjalanan politiknya.

Dia juga menilai, program yang ditelurkan Komar, harus terus digerakkan ke seluruh tanah air, sehingga rasa persatuan dan persaudaraan akan selalu terikat erat dalam kebangsaan.

"Ini sangat bagus untuk membina generasi muda yang akan menjadi pemimpin masa depan. Pemimpin harus berkarakter, bermartabat dan memiliki kemampuan inovasi membawa perubahan di Indonesia dari tanah tercinta bumi cenderawasih," katanya.

Senada dengan itu, Wakil Gubernur Maluku Barnabas Orno pun memuji gagasan Komar. Menurutnya, tidak banyak pemimpin yang berfikir sampai melahirkan wadah kreativitas generasi muda untuk melatih diri menjadi harapan bangsa yang baik.

"Kami selalu mencari beliau (Bung Komar) setiap kali ke kantor PDIP di Jakarta. Ibaratnya kalau di dunia politik, kami hanyalah tiris-tiris. Gagasan beliau sangat membanggakan," katanya.

Sementara itu, salah seorang peserta Youth Leadership Forum, Fretty Simonopindi mengaku mendapatkan banyak pengetahuan baru selama mengikuti pelatihan yang berlangsung selama tiga hari itu.

"Saya belajar banyak hal bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik, jujur, adil dan berhikmad. Banyak teman baru saya di sini. Semoga program ini tetap berlanjut agar teman-teman pelajar khususnya di Papua dapat belajar menjadi pemimpin muda masa depan," ujar siswi SMA Negeri 5 Jayapura ini.

Ibnu Gimnastiar, peserta yang mewakili SMA Negeri 4 Jayapura, juga mengaku bangga mendapat kesempatan dalam pelatihan itu. Apalagi, katanya, 80 persen materi pelatihan praktek, dan hanya 20 persen teori. Metode yang diberikan dalam forum tersebut pun dibuat dengan cara bermain, diskusi, membaca gambar dan merefleksikan kehidupan tiap-tiap peserta.

"Dari sini saya tahu kalau seorang pemimpin dilahirkan bukan untuk hebat, tapi harus tahu berkhidmat. Sebab, kebijaksanaan tanpa hikmat tak ada apa-apanya," katanya. []

Berita terkait
Qudratullah, Dosen Muda Berprestasi, Lajang Ganteng dari Bantaeng
Di bawah pucuk-pucuk pinus dan kabut tipis bumi perkemahan Trans Muntea, Desa Bonto Lojong, Kecamatan Ulu Ere, Kabupaten Bantaeng.
Geliat Warga di Kaki Merapi Usai Erupsi Pertama 2020
Erupsi pertama di 2020 terjadi pada 13 Februari. Namun fenomena itu tidak menyurutkan geliat aktivitas warga.
Sejarah Makam Raja Pehobi Sabung Ayam di Jeneponto
Ratusan batu nisan yang disebut pajjerakkang berjejer di area kompleks pemakaman Raja Binamu, di Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.