Yogyakarta – Komisi I DPR RI Hanafi Rais menyebut gerakan literasi media yang diinisiasi oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bisa memberikan nilai tawar masyarakat di hadapan media. Dari adanya bias kepentingan, baik itu terkait bisnis, politik dan ideologis.
Hanafi Rais mengatakan bias kepentingan pada media harus dipahami oleh publik dalam rangka menerima segala bentuk pesan dan informasi yang disampaikan. Melalui gerakan literasi media, masyarakat diharapkan bisa lebih cerdas dalam memilih konten penyiaran.
“Sengawur-ngawurnya konten siaran sekarang, kalau masyarakatnya sehat tentu akan mampu mengubah postur siaran,” katanya dalam keterangan tertulisnya pada Jumat 6 Maret 2020.
KPI menggelar literasi media dengan tajuk ‘Gerakan Literasi Sejuta Pemirsa: Cerdas Bermedia Menuju Siaran Berkualitas’ di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Kamis 5 Maret 2020.
Hanafi juga menyebut literasi sebagai gerakan yang berangkat dari masyarakat termasuk dari mahasiswa yang merupakan agen perubahan bangsa, dapat berjalan efektif untuk mengubah kualitas siaran saat ini.
Sengawur-ngawurnya konten siaran sekarang, kalau masyarakatnya sehat tentu akan mampu mengubah postur siaran.
Komisioner KPI Koordinator Bidang Kelembagaan Irsal Ambia mengatakan KPI berkepentingan mengawasi ruang publik yang digunakan agar lembaga penyiaran yang hadir berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga informasi yang layak, adil, merata dan seimbang dapat diperoleh publik.
Irsal juga mengajak publik untuk berhenti menonton siaran yang tidak berkualitas. Menurutnya, ketika siaran tidak berkualitas masih banyak ditonton orang, maka akan terus ada. “Karenanya kita semua harus lebih sadar untuk menjaga eksistensi siaran-siaran yang baik dengan ikut menontonnya,” katanya.
Ketua Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Syafril Nasution menambahkan ia meminta agar masyarakat melihat televisi tidak hanya sekedar sebagai tempat hiburan, tetapi juga pemersatu bangsa.
Syafril menyebut hingga saat ini televisi masih menjadi pilihan utama konsumen media di tengah berbagai platform media digital. Selain itu juga menjadi aset bangsa dan penggerak ekonomi. “Televisi merupakan medium strategis dalam membentuk dan membina bangsa,” ucapnya. []
Baca Juga:
- Modal 25 Juta, Pegiat Literasi Jadi Anggota DPRD Jatim
- Awasi Konten Siaran Jelang Pilgub, KPID Jabar Bagi Surat Edaran