Jakarta - Stephen Feehily tinggal di New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat (AS), sebuah daerah sebagaimana banyak wilayah selatan Amerika lainnya, memiliki keraguan yang sangat tinggi terhadap vaksinasi Covid-19.
Keterangan dari pejabat terkait menyatakan rawat inap rumah sakit akibat Covid-19 meningkat 124% dalam dua minggu yang lalu dan kematian meningkat 221%.
Sementara kedua putranya masih terlalu kecil untuk divaksinasi Covid-19, Stephen dan istri menyesal dengan pilihan mereka untuk tidak divaksinasi.
Seorang nakes tengah mempersiapkan suntikan vaksinasi Covid-19 Pfizer di Museum Sejarah Alam Amerika di New York, 22 Juli 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)
“Saya akui saya membuat kesalahan,” katanya kepada VOA. “Saya tidak ingin ini terjadi pada istri, diri saya sendiri, atau siapa saja. Ini benar-benar mengerikan. Saya ingin secepat mungkin mendapatkan vaksin itu.”
Perubahan sikap ini terjadi setelah Stephen, istri, dan putranya yang paling kecil positif Covid-19 ketika mereka berlibur bulan Juli 2021 lalu.
Feehily mengungkapkan hal itu paling menyakitkan untuk dia ketahui. Selain kehilangan cita rasa dan daya penciuman, dia juga kesulitan untuk bernapas dan hingga kini belum pulih sepenuhnya.

Setphen menderita demam, mengigil kedinginan dan istrinya harus sendirian pergi ke gawat darurat karena Stephen tidak mampu menyetir mobil.
Kisah keluarga Feehily itu menjadi tren yang semakin bertambah di wilayah selatan AS sebagai kawasan dengn tingka vaksinasi Covid-19 yang sangat rendah. Kondisi ini mengakibatkan infeksi Covid-19 varian Delta yang lebih tinggi di kawasan selatan AS.
Tingkat vaksinasi Covid-19 Louisiana paling rendah, hanya 38% penduduk yang divaksinasi. Tidak heran jika Louisiana juga memimpin dalam jumlah per kapita infeksi baru virus corona (jm/mg)/voaindonesia.com. []