Yogyakarta - Penyanyi campursari Didi Kempot bersama seorang mahasiswa Papua menggoyang panggung Kustomfest 2019. Pertama kali dalam delapan tahun digelarnya event akbar dari motor custom di Indonesia itu, musik campursari bergema dari panggung.
Keberadaan Didi Kempot di hari pertama Kustomfest 2019 pada Sabtu 5 Oktober 2019, mampu menyedot perhatian pengunjung yang sebagian besar diisi kaum milenial.
Pertunjukan kemudian dibuka dengan lagu Cindro. Lirik sedih dengan irama yang rancak membuat penonton larut dalam lantunan dengan bernyanyi dan joget bersama. Sejumlah lagu seperti Pamer Bojo, Banyu Langit, Pantai Klayar, Kalung Emas, dan Dalan Anyar, juga dibawakan oleh penyanyi kelahiran Surakarta itu selama 1,5 jam penampilan .
Ada pula giant screen di belakang panggung yang berdiri di Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta itu ikut memunculkan lirik lagu-lagu yang dinyanyikan Didi Kempot. Alhasil, Sobat Ambyar, sebutan untuk penggemar Didi Kempot, seperti sedang berkaraoke.
"Saya bangga sekali bermain di Kustomfest, anak milenial tidak malu menyanyi campursari," ujar Didi Kempot di sela-sela penampilannya malam itu.
Di tengah pertunjukan, penyanyi berjulukan godfather of broken heart tersebut mengajak seorang mahasiswa Papua untuk naik ke panggung. Lelaki berbaju putih itu bernyanyi bersama dengan Didi Kempot. membawakan lagu Sewu Kutho.
Mahasiswa Papua itu fasih melantunkan lagu berlirik bahasa Jawa. Didi Kempot pun bertanya kepadanya perihal kemampuannya berbahasa Jawa.
"Sinau basa Jawa soko konco-konco, konco-koncone akeh, Pakde (belajar bahasa Jawa dari teman-teman, temannya banyak, Pakde)," kata si mahasiswa yang memanggil Didi Kempot dengan sebutan Pakde.
Didi Kempot mengajak seorang mahasiswa Papua untuk naik ke panggung untuk bernyanyi bersama. Mereka menyanyikan lagu Sewu Kutho di panggung Kustomfest 2019. (Foto: Tagar/Switzy Sabandar)
Ternyata penonton pun tidak semuanya mengerti bahasa Jawa. Mereka yang didominasi para mahasiswa itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Seperti, Angga, mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta yang berasal dari Kalimantan Timur. Ia mengaku datang ke Kustomfest 2019 untuk melihat penampilan Didi Kempot.
"Tidak semua paham lirik-liriknya tetapi garis besarnya patah hati tetapi musiknya enak untuk berjoget," kata Angga.
Keberadaan Didi Kempot di Kustomfest 2019 memang sejalan dengan tema perhelatan ini. Menurut Direktur Kustomfest Lulut Wahyudi, tema Back To The Roots dipilih untuk menyuarakan pesan meninggalkan semua hal yang membuat bangsa terpecah dan membangun yang sudah dimiliki menjadi lebih besar lagi.
“Kembali ke akar berarti mengajak orang untuk tidak melulu mempersoalkan perbedaan, karena yang terpenting mengembangkan karya-karya terbaik anak bangsa,” tutur Lulut.
Ia berpendapat Didi Kempot sengaja dihadirkan sebagai musisi lintas genre yang mengandung nilai musik mempersatukan berbagai elemen masyarakat.