TAGAR.id, Jakarta - Umat Hindu memperingati Hari Raya Galungan secara serentak pada Rabu, 2 Agustus 2023. Sepuluh hari setelahnya, yakni tanggal 12 Agustus 2023, mereka akan menyambut Hari Raya Kuningan. Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan dilangsungkan secara berurutan.
Mengutip buku Catatan Jejak Wisata, tulisan Mohammad Insan Romadhan dkk., Hari Raya Galungan dimaknai sebagai perayaan kemenangan kebaikan (dharma) atas kejahatan (adharma). Sedangkan, Hari Raya Kuningan diperingati untuk mengenang kebesaran Sang Hyang Widhi.
Kedua hari penting tersebut dirayakan selama 10 hari. Apa saja rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan yang dilaksanakan umat Hindu?
Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan
Hari Raya Galungan dan Kuningan dilaksanakan setiap 210 kali menggunakan perhitungan kalender Bali berdasarkan panca, wara, sapta wara, dan wuku.
Dirangkum dari buku Widya Dharma Agama Hindu oleh I Wayan Midastra dkk., berikut rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan beserta maknanya:
1. Tumpek Wariga
Tumpek Wariga merupakan upacara selamatan yang ditujukan ke hadapan Sang Hyang Sangkara sebagai dewa penguasa tumbuh-tumbuhan. Upacara ini dilaksanakan untuk memohon keselamatan dan kesuburan tumbuh-tumbuhan agar menghasilkan panen berlimpah sebagai persiapan Hari Raya Galungan.
Tumpek Wariga dilaksanakan setiap Saniscara Kliwon Wariga. Pada hari ini, umat Hindu akan menghaturkan aneka persembahan atau sesajen dengan upakara berupa bubur sumsum sebagai simbol kesuburan.
2. Sugihan jawa
Ini merupakan hari pemerastistaan (pembersihan) bhuana agung (alam semesta) yang dilaksanakan setiap Wraspati Wage Wuku Sungsang. Upacara ini bertujuan untuk memohon kesucian alam semesta dan bhuana alit (umat manusia) kepada Sang Hyang Dharma agar terhindar dari kesengsaraan.
3. Sugihan Bali
Dilaksanakan setiap Sukra Kliwon Wuku Sungsang, Sugihan Bali merupakan upacara yang ditujukan kepada Sang Maha Murni (orang suci) sebagai bentuk permohonan tirtha pemerastitaan untuk membersihkan segala petaka yang ada dalam diri sendiri.
4. Hari Penyekeban
Menurut kepercayaan umat Hindu, pada hari ini, Sang Bhuta Galungan turun ke dunia untuk mengganggu ketenteraman batin manusia. Karena itu, manusia harus waspada agar tidak tergoda oleh kekuatan negatif yang dipancarkannya.
Caranya dengan melakukan nyekeb (memeram) pisang sebagai simbol pengekangan diri dari hal-hal negatif tersebut.
5. Hari Penyajaan
Pada hari ini, Sang Bhuta Kala yang disebut Sang Bhuta Dungulan turun ke dunia. Bersama Sang Bhuta Galungan, ia akan mengganggu ketenteraman para umat di dunia.
Untuk menghalau gangguan-gangguan negatif tersebut, umat Hindu akan membuat jaja uli, begina, dan jajan lainnya pada Hari Penyajaan. Kata jajan sendiri diambil dari saja yang berarti sungguh-sungguh akan melaksanakan Hari Raya Galungan.
6. Hari Penampahan Galungan
Hari Penampahan Galungan dilaksanakan pada hari Anggara Wage Wuku Dungulan. Pada hari tersebut, Sang Bhuta Kala yang ketiga kembali turun ke dunia. Ia adalah Sang Bhuta Kala Amangkurat yang memiliki tujuan utama menggoda umat Hindu agar batal merayakan Hari Raya Galungan.
Sebagai simbol perlawanan, umat Hindu akan menyembelih ternak seperti babi, ayam, itik, atau hewan lainnya untuk keperluan yadnya dan pesta menyambut Hari Raya Galungan.
Sore harinya, dilakukan pemasangan penjor yang dilanjutkan dengan natab atau ngayab banten pabyakaonan untuk menyucikan diri dari gangguan para Bhuta Kala.
7. Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan dilaksanakan tepat pada Budha Kliwon Wuku Dungulan. Ini merupakan hari perayaan umat Hindu setelah berhasil mengalahkan para Bhuta pada Hari Penampahan Galungan.
Hari Raya Galungan dirayakan dengan pesta yang sangat meriah dan semarak. Persembahan-persembahan utamanya ditujukan ke hadapan semua manifestasi Sang Hyang Widhi Wasa sebagai simbol kemenangan.
8. Hari Umanis Galungan
Umanis Galungan jatuh pada hari Kamis Umanis Wuku Dungulan. Pada hari ini, umat Hindu melaksanakan penyucian diri lahir dan batin serta menghaturkan sesajen ke hadapan Sang Hyang Widhi dan segala manifestasinya untuk memohon keselamatan bhuana agung dan bhuana alit.
9. Hari Pemaridan Guru
Dilaksanakan setiap Saniscara Pon Wuku Dungulan, Hari Pemaridan Guru merupakan momen bagi umat Hindu untuk bersembahyang di hadapan para dewa.
Sembahyang ini dilakukan untuk menghaturkan parama suksesma karena berkat anugerah para dewa, umat dapat merayakan Hari Raya Galungan dengan selamat.
10. Hari Ulihan
Hari Ulihan diperingati dengan melakukan persembahyangan ke hadapan Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya untuk mengucapkan rasa syukur atas karunia yang dilimpahkannya. Pada hari ini pula para dewa kembali ke singgasananya masing-masing.
11. Hari Pemacekan Agung
Pada hari yang dilaksanakan setiap Soma Kliwon Wuku Kuningan ini, umat Hindu akan menghaturkan sesajen (labaan) ke hadapan para Bhuta Kala, yakni Sang Kala Tiga Galungan beserta pengikutnya.
Tujuannya agar mereka kembali ke tempatnya masing-masing sehingga umat manusia bisa melanjutkan hidup dengan selamat.
12. Hari Penampahan Kuningan
Pada Hari Penampahan Kuningan, umat Hindu akan menyembelih hewan ternak sebagai persiapan menyambut Hari Raya Kuningan yang dilaksanakan keesokan harinya. Mereka juga membuat sesajen untuk persiapan sembahyangan pada hari spesial tersebut.
13. Hari Raya Kuningan
Hari Raya Kuningan dirayakan untuk memperingati kebesaran Sang Hyang Widhi dalam wujud Sang Hyang Parama Wisesa, roh suci dan pahlawan dharma yang berjasa membentuk akhlak manusia menjadi luhur. Hari Raya Kuningan diperingati setiap 210 hari, tepatnya pada hari Saniscara Kliwon Wuku Kuningan.
Ketika Hari Raya Kuningan tiba, umat Hindu akan melakukan persembahyangan ke hadapan para dewa dan leluhur dengan menghaturkan sesajen berisi anjengan (nasi) berwarna kuning yang menyimbolkan kemakmuran.
14. Hari Umanis Kuningan
Hari ini menjadi momen bagi umat Hindu untuk mengunjungi keluarga dan saling bermaaf-maafan. Momen ini juga kerap dimanfaatkan untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dengan berekreasi ke tempat-tempat hiburan.
15. Hari Budha Kliwon Pegat Warah
Persembahyangan dan persembahan sesajen ke hadapan Sang Hyang Widhi dan manifestasinya dilakukan umat Hindu pada hari ini. Sore harinya, penjor Galungan dicabut sebagai pertanda bahwa rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan telah berakhir. []