Jakarta - Mantan juara dunia tenis, Boris Becker, dituding menolak menyerahkan piala-piala yang dia terima ketika memenangi kejuaraan tenis agar bisa membayar utang. Mantan petenis yang memenangi tiga kali turnamen Wimbledon ini diumumkan mengalami bangkrut pada tahun 2017 silam karena tidak membayar utangnya kepada sebuah bank.
Dia dituduh tidak memenuhi kewajiban untuk mengungkapkan informasi. Becker membantah semua 28 dakwaan terhadapnya di Pengadilan Southwark Crown Court di London, Inggris, pada hari Kamis, 22 Oktober 2020.
Dakwaan itu menyebut piala All England Club yang dia terima pada 1985, penghargaan lain yang dia terima di turnamen yang sama, serta piala-piala yang dia terima ketika menjuarai turnamen Australia Open pada periode 1991-1996.
Warga negara Jerman berusia 52 tahun ini juga dituding menyembunyikan lebih dari 1 juta pound sterling atau sekitar Rp 19 miliar yang disimpan di rekening bank, selain properti di Inggris dan luar negeri.
Boris Becker adalah petenis termuda yang memenangi Wimbledon pada usia 17 tahun (Foto: bbc.com/indonesia).
Keterangan dalam persidangan menyebut dia gagal menyatakan kepentingan propertinya di sebuah alamat di Chelsea, London barat daya, dengan tuduhan serupa untuk dua properti di kota asalnya, Leimen.
Becker juga dituduh "mencuci" ratusan ribu pound sterling dengan mentransfernya ke rekening lain, termasuk ke mantan istrinya, Barbara Becker, dan istri Sharlely "Lilly" Becker.
Ia juga diduga menyembunyikan kepemilikan sahamnya di sebuah perusahaan bernama Breaking Data Corp.
Becker dibebaskan dengan jaminan menjelang persidangannya, yang akan berlangsung hingga empat minggu.

Jaksa Penuntut, Rebecca Chalkley, mengatakan pensiunan olahragawan dan presenter televisi itu mungkin akan menghadapi dakwaan lebih lanjut di kemudian hari.
Pengacara pembela Jonathan Caplan berkata: "Dia (Becker) bertekad untuk menghadapi dan menentang tuduhan ini dan memulihkan reputasinya sehubungan dengan tuduhan yang dibuat terhadapnya."
Mantan juara nomor satu dunia dan enam kali juara Grand Slam itu mengoleksi 49 gelar tunggal dari 77 final selama 16 tahun kariernya di dunia tenis profesional.
Dia terpilih untuk memasuki Hall of Fame Tenis Internasional pada tahun 2003, dan telah menjadi komentator di “BBC” dan turnamen tenis di seluruh dunia (bbc.dom/indonesia).