Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Mardani Ali Sera menghembuskan pernyataan kontroversial ke publik perihal tutup bukunya gerakan #2019GantiPresiden. Mardani mengharamkan teriak ganti presiden.
Menurut Mardani, narasi tersebut telah usai seiring dengan selesainya kampanye Pilpres 2019. Sebab itu, perlu ia haramkan agar tak mengudara kembali. Hal itu dikatakan Mardani di kompleks DPR RI Senayan, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Per 13 April saya sudah mengharamkan diri tidak boleh teriak lagi ganti presiden. Sudah selesai. Kenapa? Karena itu sudah hari terakhir kampanye. Sekarang apalagi, sudah selesai kompetisinya. Kita kembali normal.
Mardani merupakan deklarator tagar yang menjadi antitesis dari kampanye pendukung capres petahana Joko Widodo (Jokowi). Ia menceritakan, wacana tersebut muncul tak lama setelah menghadiri Indonesia Lawyers Club (ILC) di salah satu televisi swasta nasional yang dipandung oleh Karni Ilyas.
"Setelah melihat banyak pihak dari kubu pemerintah memuji-muji Pak Jokowi, saya katakan: 'Pak Jokowi bisa dikalahkan.' Landasannya, kinerja yang jauh dari memuaskan. Esoknya #2019GantiPresiden dibuat dan menyebar," ungkap Mardani.
#2019GantiPresiden dengan cepat menyeruak ke dalam masyarakat pascadeklarasi pada 9 Mei 2018 di Jakarta. Mardani Ali Sera, bersama Neno Warisman, dan Mustafa Nahrawardaya, merupakan tokoh penting di balik penyebaran tagar yang menyusup melalui logo-logo narasi di dunia maya hingga cetakan pada kaus, gelang, gelas, pin, dan gantungan kunci.
Bahkan, saking populernya, #2019GantiPresiden sampai-sampai disulap menjadi lagu oleh musisi Sang Alang dan Ahmad Dhani. Tak ketinggalan, politikus Amien Rais, Fadli Zon, Mardani Ali Sera dan masih banyak lagi massa pro Prabowo Subianto menyumbangkan suaranya dalam lagu tersebut.
Namun, 'gerakan tandingan' ini tak sepenuhnya nerjalan mulus. Sebab narasi tersebut mendapat penolakan dari masyarakat di sejumlah daerah di Indonesia, seperti di Jawa Barat, Surabaya, Serang, Sumatera Utara hingga Riau.
Maka itu, Mardani meminta penyebaran narasi oleh masyarakat dapat diciptakan dengan elegan dan santun.
"Gerakan #2019GantiPresiden harus tetap menjaga karakter gerakan yang elegan, santun, dan cerdas. Karena ini gerakan mencintai negeri dengan cara mendidik masyarakat untuk berani, cerdas, dan tetap santun," kata Mardani lewat keterangan tertulisnya, Senin 27 Agustus 2018.
Pada awal tahun 2019 Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habieb Rizieq Shihab menginstruksikan narasi #2019GantiPresiden ditingkatkan menjadi #2019PrabowoPresiden.
Kala itu sudah memasuki musim kampanye. Terdapat dua pasangan calon yang bersaing dalam kontestasi Pilpres 2019. Pasangan calon capres-cawapres nomor urut 01 diisi oleh Joko Widodo-Ma’ruf Amin, dan capres-cwapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Gerakan perubahan tak bisa lagi dihentikan, gerakan perubahan tak boleh lagi untuk dihalangi, gerakan perubahan di Indonesia sudah jadi keniscayaan. Karena itu, di tahun 2019 ini kita harus lebih semangat, lebih termotivasi untuk melakukan gerakan perubahan," ucap Rizieq.
Setelah gerakan itu populer di masyarakat, Mardani Ali Sera justru mengharamkan pelanjutan gerakan tandingan untuk mengangkat Prabowo. Sebab, masa kampanye ia tegaskan telah habis.
"Ganti Presiden sudah tutup buku, saya enggak mau nyanyi lagi, enggak mau hastag lagi, karena itu pada masa kampanye," jelasnya.
Mardani meyakini siapa pun yang menjadi pemenang dalam kontestasi Pilpres 2019 merupakan suara rakyat.
"Dan siapa pun yang terpilih nanti, kalau itu sudah melalui proses yang bagus, komplain diselesaikan, itu suara rakyat, dan saya harus menghormati. Kalau Pak Prabowo (menang), saya sujud syukur. Kalau Pak Jokowi (menang), ya berarti saya harus mengawal sesuai koridor," pungkasnya.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai, langkah Mardani merupakan bentuk rasionalitasnya menghadapi sistem penghitungan suara (situng) yang tengah dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Bisa saja Mardani dan kawan-kawan ini mulai rasional bahwa kalkulasi manual, situng KPU, ataupun quick count itu, sebenarnya dalam logika ilmiah politik, memang selalu akurat, sehingga (tagar) Ganti Presiden atau segala apa pun itu adalah gerakan-gerakan yang justru kontra-produktif," ucap Adi.
Lebih lanjut ia berpendapat, selain sebagai respons rasional terhadap proses perhitungan dan rekapitulasi suara KPU, pernyataan Mardani yang 'mengharamkan diri' seruan #2019GantiPresiden juga merupakan upayanya untuk menghormati proses tersebut.
"Teriakan gerakan "Ganti Presiden" itu kan dikhawatirkan membuat suasana makin nggak kondusif," jelasnya.
Bagaimanapun, sejumlah pertanyaan muncul menyusul pernyataan Mardani soal tagar ganti presiden.
Menurut politikus PKS Hidayat Nur Wahid (HNW), dalam isu ini ada upaya yang ingin mengadu domba PKS dengan BPN. Ia meyakini Mardani tak akan mengkhianati perjuangan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019.
"Itu pernyataan dipelintir dan digoreng pihak-pihak yang mau mengadu domba internal BPN dan pendukung Pak Prabowo. Harap diingat, posisi beliau bukan hanya di PKS, tapi juga Wakil Ketua BPN," kata Hidayat Nur Wahid di gedung DPR, pada Senin 6 Mei 2019.
Dia yakin betul Mardani akan melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai Wakil Ketua BPN Prabowo-Sandi. Menurut Hidayat, Mardani kerap mengunjungi kader PKS dan relawan paslon 02 untuk memberikan arahan terkait pengawalan penghitungan suara.
"Beliau tetap dalam prinsip memenangkan Prabowo-Sandi. Bukan lagi sekadar 2019 ganti presiden. Karena itu, ungkapan yang sangat umum dan sudah ada sejak sebelum kampanye dimulai. Saat kampanye kan kita sudah menyebut nama. Dalam posisi kami ya, ganti Presiden Jokowi. Siapa lagi kalau bukan Pak Prabowo," tegas Hidayat.
Pernyataan Mardani dianggap mematahkan semangat banyak orang, termasuk relawan yang saat ini masih menjaga suara di lapangan. "Agar semangat dan militansi itu terjaga, teman-teman harus punya keyakinan bahwa ada semangat 2019 ganti presiden, 2019 Prabowo presiden," kata juru bicara BPN dari Gerindra, Andre Rosiade.
Ia lantas meminta baik Mardani atau anggota tim lain tak mengeluarkan pernyataan yang melunturkan semangat para relawan dan tim sukses. "Karena kami semua punya keyakinan rekapitulasi dari TPS, Insya Allah mengantarkan Prabowo-Sandi dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden," tutupnya.
Baca juga:
- PSI Haramkan Koalisi dengan PKS, Ini Kata Mardani Ali Sera
- Pakai Baju Bertuliskan #2019 Ganti Presiden, Tuding Polri dan ASN Tidak Netral