Jakarta – Organisasi-organisasi HAM mendesak agar Maroko tidak mengekstradisi seorang aktivis Uighur ke China yang ditangkap setelah dia tiba dengan penerbangan dari Turki. Organisasi nonpemerintah, Safeguard Defenders, menyatakan Yidiresi Aishan dibawa ke tahanan, sesuai perintah penangkapan dari Interpol yang dikeluarkan atas permintaan China .
Tuduhan terhadap Aishan tidak jelas. Direktorat Jenderal Keamanan Nasional Maroko, 27 Juli 2021, menyatakan surat Interpol itu dikaitkan dengan kecurigaan bahwa Aishan adalah anggota “organisasi yang masuk daftar organisasi teroris.”

Amnesty International menyatakan Aishan menghadapi “penahanan dan penganiayaan sewenang-wenang jika ia dipulangkan secara paksa ke China.”
“Mendeportasi Aishan ke China, di mana Uighur dan kelompok-kelompok minoritas etnik lainnya menghadapi kampanye mengerikan berupa penahanan massal, persekusi dan penganiayaan, akan melanggar hukum internasional,” kata Direktur Program Penanggulangan Krisis Amnesty International, Joanne Mariner, dalam sebuah pernyataan.
Seorang perempuan dari etnis minoritas Uighur membentangkan poster dalam unjuk rasa menuntut informasi mengenai kerabat mereka di depan Konsulat China di Istanbul, Turki, 22 Februari 2021 (Foto: voaindonesia.com/AFP)
Kongres Uighur Dunia juga meminta pihak berwenang Maroko agar menghentikan semua prosedur deportasi. Eric Goldstein, deputi direktur Human Rights Watch untuk kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, menyebut sistem Interpol “tercemar” dan mengatakan Aishan harus diberi pengacara untuk melawan ekstradisi.
Aishan telah tinggal di Turki dan bekerja sebagai desainer web dan aktivis sejak 2012. Dia terbang dari Istanbul ke Casablanca pada 19 Juli 2021 lalu (uh/ab)/voaindonesia.com. []