Maroko Kekurangan Hewan Kurban Karena Kemarau

Harga pakan, katanya, melambung tinggi, sementara kemarau yang berkepanjangan menyebabkan padang rumput mengering
Sejumlah pembeli membeli hewan kurban menjelang Iduladha di sebuah pasar ternak di Kota Skhirat, sekitar 20 kilometer dari Rabat, Ibu Kota Maroko, 26/7/2020. (Foto: voaindonesia.com/Fadel Senna/AFP)

TAGAR.id - Wahid Redouane biasanya selalu menganggap Iduladha sebagai hari keberuntungan. Sebagai peternak di Maroko, Afrika, ia biasanya kebanjiran pesanan. Namun, tampaknya, hal itu tidak berlaku tahun 2024 ini.

Ia kesulitan memenuhi kebutuhan pangan ternaknya. Harga pakan, katanya, melambung tinggi, sementara kemarau yang berkepanjangan menyebabkan padang rumput mengering.

“Kurangnya rumput yang dapat dimanfaatkan untuk pangan domba memaksa kami untuk memberi mereka pakan ternak. Padahal, harga pakan tersebut sangat tinggi, dan sebagian peternak tidak mampu membelinya. Ternak yang kekurangan pangan sulit berkembang biak. Ini yang menyebabkan penurunan jumlah domba setiap tahunnya. Kadang-kadang, karena masalah ini, domba betina juga tidak dapat menyusui bayinya yang baru lahir," kata Redouane.

Redouane sejauh ini mampu mengatur kondisi pakan peternakannya sehingga ia masih memiliki domba-domba betina yang siap beranak pinak. Namun, untuk itu, ia terpaksa membebankan sebagian biaya itu ke konsumen. Harga ternaknya tahun ini lebih mahal daripada tahun-tahun sebelumnya.

Harga pakan ternak meningkat secara bertahap dari Rp 325.000 menjadi Rp 750.000 per kuintal selama enam tahun terakhir.

“Akibat kekeringan, terkadang kami terpaksa menjual domba demi mendapatkan uang untuk membeli pakan ternak domba yang tersisa. Hal ini menyebabkan harga domba naik di pasaran. Kami menjual sejumlah domba untuk mengendalikan situasi dan untuk mempertahankan modal saja," imbuhnya.

Pemerintah sebetulnya sudah terbiasa mendukung para peternak dengan membagikan sebagian pakan ternak secara gratis. Sebelumnya, peternakan seperti yang dimiliki Redouane hanya menerima dua kantong pakan, tahun ini meningkat menjadi 30 kantong.

Meski demikian, kebanyakan peternak tidak melihat dukungan ini sebagai solusi ideal terhadap kekurangan pangan.

Di pasar lokal di Berrechid, domba kini dijual dengan harga tinggi. Harga domba Maroko per kilogramnya antara Rp 120.000 hingga Rp 135.000. Itu berarti harga rata-rata seekor domba tahun ini Rp 1,6 juta hingga Rp 2,4 juta lebih mahal dibandingkan dengan tahun lalu.

Para pedagang ternak kini melirik ke Spanyol untuk bisa mendapatkan domba dengan harga lebih terjangkau. Lehcen Ziate, seorang pedagang domba di Berrechid, termasuk satu di antara mereka.

“Warga Maroko tidak bisa membeli domba Maroko karena harganya yang tinggi. Itu sebabnya mereka terpaksa membeli domba Spanyol karena harganya masuk akal dan bisa mencapai Rp 110.000 per kilogram.”

Maroko telah mengimpor 600.000 ekor domba Spanyol sepanjang tahun ini, menurut Kementerian Pertanian.

Para ahli khawatir masalah ini akan bertambah buruk. Periode kekeringan berturut-turut akan terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang, dan bukan tidak mungkin menempatkan Maroko dalam krisis ternak.

Mustapha Benramel, seorang pakar lingkungan hidup dan presiden LSM lingkungan hidup, Minarets Ecological Association for Development and Climate, menyarankan ini mungkin saat yang tepat bagi para peternak Maroko untuk mengembangkan budi daya ternak modern yang memungkinkan mereka mengadaptasi perubahan iklim (ab/uh)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Australia Tutup Peternakan Karena Penyebaran Flu Burung
Setidaknya 580 ribu unggas di Australia telah dimusnahkan sebagai bagian dari kontrol biosekuriti menyeluruh
0
Maroko Kekurangan Hewan Kurban Karena Kemarau
Harga pakan, katanya, melambung tinggi, sementara kemarau yang berkepanjangan menyebabkan padang rumput mengering