Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menanggapi bakal digelarnya reuni akbar Persaudaraan Alumni (PA) 212 di sekitar Monas, Jakarta, pada 2 Desember mendatang.
Kalau anarkis, kalau menimbulkan kegaduhan, oleh karena itu kita mengimbau supaya tidak merusak suasana yang kondusif ini.
Ma'ruf mengimbau kepada para peserta aksi agar tidak membuat kegaduhan yang bisa merusak suasana saat ini yang sudah aman.
"Kalau anarkis, kalau menimbulkan kegaduhan, oleh karena itu kita mengimbau supaya tidak merusak suasana yang kondusif ini," tuturnya di Bali, seperti diberitakan Antara, Jumat, 29 November 2019.
Mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu tidak mempermasalahkan akan digelarnya Reuni 212 pertama kalinya di era pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Sebab, hal-hal semacam itu menurutnya bukan hal yang melanggar hukum, asalkan berjalan damai dan tidak terjadi aksi anarkistis.
"Karena memang di negara demokrasi ya hal-hal seperti itu tidak dilarang," kata Ma'ruf Amin.
Aksi bela islam ketiga yang digelar Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) atau GNPF MUI digelar pada 2 desember 2016 yang kemudian lebih dikenal sebagai aksi 212.
Gerakan tersebut merupakan aksi untuk memprotes mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang kemudian divonis bersalah dalam kasus penistaan agama.
Baca juga: Novel Bamukmin Bocorkan Agenda Reuni 212
Aksi Mujahid 212 di Simpang Patung Kuda, Monas, Jakarta pada Sabtu, 28 September 2019 meminta Jokowi mundur sebagai presiden. (Foto: Tagar/Deddy Hutapea)
Sebelumnya, Ketua Media Center PA 212 Novel Bamukmin membocorkan agenda Reuni 212. Dia mengatakan peserta acara reuni akan mendesak kepolisian untuk memproses hukum Sukmawati Soekarnoputri.
Khususnya pernyataan adik dari Megawati Soekarnoputri itu yang membandingkan Nabi Muhammad SAW dengan Presiden ke-1 Indonesia, Sukarno.
"Kami meminta kepada pihak kepolisian, untuk segera memproses secara hukum Ibu Sukmawati Soekarnoputri sebagaimana hukum yang berlaku di negeri ini. Jangan sampai negara bertindak tidak adil dalam penegakan hukum," kata kata Novel lewat keterangan tertulis yang diterima Tagar pada Sabtu, 30 November 2019.
Gaung nama Sukmawati dalam Reuni 212, kata Novel, disebabkan menggantungnya laporan yang dilayangkan untuk Sukmawati ke kepolisian.
Novel menilai Sukmawati telah menghina agama maka hukum sepatutnya ditegakkan dalam kasus ini.
"Kami menyayangkan belum adanya progress atas laporan saudara-saudara kami atas penghinaan yang dilakukan Ibu Sukmawati yang sudah berkali-kali menghina, menista agama Islam," katanya.
Baca juga: Novel Bamukmin: Tema Reuni 212 Tangkap Sukmawati
Dalam acara itu juga, Novel dan pihak 212 masih berupaya keras memulangkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dari Arab Saudi ke Jakarta.
"Kami desak pengasingan politik terhadap HRS. Jangan langgar HAM (hak asasi manusia), beliau selaku warga negara Indonesia yang juga memiliki yang sama," ujarnya.
Agenda lain Reuni 212 terkait memperjuangkan hak asasi manusia di Palestina atas pendudukan Israel yang masih berlangsung hingga saat ini. Doa-doa akan dipanjatkan peserta Reuni 212 dalam acara yang dirangkai dengan Maulid Nabi Muhammad SAW.
"Kami juga akan berdoa agar Allah SWT menyelamatkan saudara kami di Gaza, Palestina," katanya.
Reuni 212 direncanakan akan digelar di kawasan Monumen Nasional (Monas), Senin 2 Desember. Dimulai dengan Salat Tahajud bersama terlebih dahulu mulai pukul 02.30 WIB hingga 08.30 WIB.
Kepada para peserta Reuni 212, Novel mengimbau agar mempersiapkan sejumlah atribut, yakni membawa bendera Indonesia atau organisasi masyarakat (ormas) masing-masing, dan berpakaian serba putih.
"Umat muslim khususnya Alumni 212 untuk hadir di kegiatan reuni 212 dengan menjaga Akhlaqul Karimah, tertib, damai dan bersih," tuturnya. []