Jakarta, (Tagar 9/5/2018) - Kompetisi panahan pertama kali diadakan di Finsbury, Inggris pada tahun 1583. Kala itu, jumlah partisipan sayembara ini terbilang cukup banyak, yakni 3.000 orang. Popularitas akan kompetisi ini
Seiring dengan berjalannya waktu, popularitas aktivitas ini kian melonjak. Tak heran apabila ajang olahraga ternama di dunia pun mulai mencantumkan panahan sebagai salah satu jenis kegiatan yang dipertandingkan, salah satunya adalah Asian Games 18.
Pada olimpiade terbesar di Asia ini, kompetisi memanah baru diperlombakan pada Asian Games VII yang diselenggarakan di Bangkok.
Selama panahan hadir di Asian Games, hanya ada dua negara yang memiliki poin mendapat poin tertinggi pada cabang olahraga ini yaitu, Jepang (1 kali, yakni pada: Asian Games VIII), Korea Selatan (9 kali, yakni pada: Asian Games IX-XVII).
Di Asian Games Jakarta-Palembang yang akan digelar pada tahun 2018, Dewan Olimpiade Asia telah menambahkan sub-kategori tambahan pada cabang olahraga panahan, yaitu tim campuran. Secara total, terdapat 10 sub-kategori panahan yang akan dipertandingkan di Asian Games Indonesia.
Memanah salah satu kegiatan tertua di dunia yang masih dilakukan oleh banyak orang sampai sekarang. Cukup banyak generasi muda yang menggandrungi kegiatan ini, baik hanya hobi maupun mempelajarinya secara serius sebagai bekal untuk menjadi atlet panahan.
Aktivitas memanah diperkirakan dimulai sejak zaman batu atau kurang lebih 20.000 SM, kelompok yang pertama kali menggunakan busur dan anak panah adalah bangsa Mesir kuno - di mana setidaknya telah menjalani aktivitas ini untuk berburu dan berperang sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Di Tiongkok, panahan sudah ada sejak dinasti Shang (1766-1027 SM). Pada masa ini, prajurit kerajaan dikenal memiliki ketrampilan tingkat tinggi dalam berperang mengunakan kereta berkuda yang disertai busur dan anak panah.
Eksistensi panahan pun kian berkembang ketika Negeri Tirai Bambu dipimpin oleh dinasti Zhou (Chou) (1027-256 SM). Hal ini terlihat dari kebiasaan para bangsawan di istana yang kerap menghadiri turnamen olahraga memanah.
Perkembangan mengenai kegiatan ini mengalami kemajuan di kawasan Asia ketika masyarakat Tiongkok mulai memperkenalkan panahan pada penduduk Jepang. Bisa dikatakan, momen ini memiliki pengaruh yang cukup besar pada kebudayaan Jepang di kemudian hari.
Kyujutsu (the art of the bow) atau kini lebih dikenal dengan kyudo (the way of the bow) merupakan sebuah seni bela diri asal Negeri Sakura yang menggunakan busur dan anak panah.
Dalam praktiknya, kyudo modern diaplikasikan sebagai metode pengembangan fisik, moral, dan spiritual. Setelah melakukan serangkaian ritual, pemanah harus berdiri di shooting line yang telah ditentukan, kemudian memanah dari jarak 28 meter menuju papan target yang memiliki diameter 36 cm. Adapun kriteria busur yang digunakan untuk memanah ialah: mempunyai panjang 2.21 meter dan dibuat dari lapisan bambu serta kayu.
Popularitas panahan dapat dijumpai di berbagai balada maupun cerita rakyat, contoh yang paling terkenal adalah Robin Hood.
Bukan hanya itu, referensi mengenai panahan pun kerap ditemui dalam mitologi Yunani, misalnya The Odyssey, Book 21 yang membahas tentang sosok bernama Odysseus yang sangat andal dalam memanah. (rmt/asiangames2018)