Banda Aceh - Di sebuah gubuk di pinggir Jalan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Aceh, seorang pria paruh baya tampak sibuk meratakan bara api. Di sekeliling, deretan buluh bambu tampak tertata cukup teratur.
Pria paruh baya itu ialah Muhammad Yakob. Laki-laki berusia 44 tahun ini setiap hari memasak lemang untuk dijual kepada masyarakat, terutama saat bulan Ramadan.
Lemang adalah salah satu kuliner khas di Tanah Rencong saat bulan Ramadan. Kuliner ini terbuat dari beras ketan atau ubi. Bahan ini awalnya direndam, lalu dimasukkan dalam seruas buluh bambu yang sudah dilapisi daun pisang di bagian dalam.
Dulu ibu saya yang memasaknya, sekarang dia tidak kuat lagi, apalagi dengan kondisi panas-panas seperti ini, makanya saya ambil alih dan keluarga.
Setelah itu, semua bahan itu diguyur dengan santan sebagai penyedap lemang. Setelah proses ini semua selesai, lemang dipanggang menggunakan bara api dari pembakaran kayu-kayu bekas.
Warga membeli leumang di kawasan Jalan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Aceh, Rabu, 6 Mei 2020. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil)
“Pada hari-hari biasanya kami memasaknya tidak sebanyak seperti bulan Ramadan, hanya ada beberapa bambu beras saja,” kata Yakob saat ditemui Tagar di sela-sela aktivitasnya belum lama ini.
Bagi Yakob, memasak lemang bukanlah hal yang baru. Sebab, usaha ini sudah dirintis puluhan tahun lalu oleh orang tuanya bernama Hafsah. Namun, dalam beberapa tahun ini, usaha tersebut diambil alih oleh Yakob.
“Dulu ibu saya yang memasaknya, sekarang dia tidak kuat lagi, apalagi dengan kondisi panas-panas seperti ini, makanya saya ambil alih dan keluarga,” ujar Yakob.
Meski Hafsah tak lagi memasak lemang, namun ia tetap aktif memantaunya setiap hari. Ia juga sering terlibat meracik adunan lemang sebelum dipanggang di bara api.

Setiap hari di bulan Ramadan, usaha lemang Hafsah mengahabiskan 40 hingga 60 bambu beras. Dari jumlah ini, ia biasanya dapat menghasilkan 100 hingga 250 batang bambu yang berisi lemang siap saji.
Hasil penjualan lemang pun sangat fantastis. Setiap hari, Yakob bersama keluarga mendapatkan penghasilan Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. Adapun leumang dijual dengan harga bervariasi, mulai Rp 30 ribu hingga Rp 100 ribu.
“Harganya juga bervariasi di setiap jenis lemang, kalau ketan lebih mahal sedikit, kalau jenis ubi agak lebih murah daripada ketan,” tutur Yakob.
Baca juga: Leumang Kudapan Khas Aceh Memasuki Bulan Ramadan
Orang tua Yakob, Hafsah menuturkan, setiap hari usaha lemang milik keluarganya diserbu pembeli dari berbagai kalangan. Bahkan, ada pembeli yang datang langsung dari Kabupaten Aceh Besar.
Warga membeli leumang di kawasan Jalan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Aceh, Rabu, 6 Mei 2020. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil)
Menurut Hafsah, yang membedakan lemang usaha mereka dengan orang lain adalah pada perpaduan sele khas yang diracik sendiri oleh keluarganya. Sehingga, kuliner lemang milik keluarga Hafsah menjadi paling diburu setiap bulan Ramadan.
“Kami biasanya membuka usaha mulai jam 15.30 WIB, kadang-kadang sebelum jam 6 sore sudah habis, karena minat pembeli sangat tinggi,” ujarnya. []