Denpasar, Bali - Kader maupun simpatisan boleh berbangga ketika bisa hadir dalam kongres ke-5 PDI Perjuangan (PDIP) di kawasan Grand Inna Bali Beach, Sanur, Denpasar, 8-11 Agustus 2019. Karena tak jauh dari lokasi kongres, ada satu tempat lagi yang sangat layak untuk dikunjungi. Tempat itu adalah Museum Agung Bung Karno.
Museum yang berada di Jalan Raya Puputan 80, Dangin Puri Klod, Denpasar ini hanya berjarak empat kilometer dari lokasi Kongres. Di bangunan kokoh lima lantai ini, para kader maupun simpatisan PDIP bisa menggali lebih jauh mengenai sosok Ir. Soekarno, dari zaman perjuangan hingga masa kepemimpinan sebagai Presiden pertama RI.
Semua barang yang ada di sini berharga, tidak ternilai harganya.
Ketua Yayasan Kepustakaan Bung Karno (YKBK), Gus Marhaen. (Foto: Tagar/Luqman Hakim)
Koleksinya bisa dibilang luar biasa. Di lantai pertama yang merupakan perpustakaan, ada dokumen berbentuk tulisan, naskah pidato, naskah kuliah umum hingga buku yang dibuat maupun yang menceritakan sosok Bung Karno. Jumlahnya menyentuh angka 1,450 juta eksemplar.
Naik ke lantai dua, ada museum yang merupakan barang-barang napak tilas perjalanan Bung Karno. Ada meja, kursi, mesin ketik, radio, telepon rumah dan setelan jas lengkap dengan dasi serta topi berlogo PNI. Ada pula tripod model #136 merk Manfrotto buatan Italy, yang penyangganya masih terbuat dari kayu. Lebih mencengangkan lagi, ada perangko beragam seri Bung Karno yang jumlahnya diklaim mencapai 2,050 juta.
Koleksi buku di lantai satu. (Foto: Tagar/Luqman Hakim)
Lalu di lantai tiga, ada momen ketika Bung Karno bersama Fatmawati berpose bersama jurnalis internasional di Istana Cipanas, pada 28 Agustus 1953. Momen ini sudah direpro dalam bentuk marmer yang indah. Di lantai ini, ada foto-foto hingga dokumenter film perjuangan, dari lahirnya "Putra Sang Fajar" pada 6 Juni 1901 hingga wafat 21 Juni 1970.
Yang paling menarik ada di lantai empat. Ada sebuah dipan atau tempat tidur dari kayu yang sangat bersejarah. Dipan ini merupakan saksi sejarah saat Fatmawati melahirkan Megawati Soekarnoputri. Di lantai empat, ruangan juga didesain mirip kamar Bung Karno yang ada di Blitar. Ada pula miniatur pemandian Tirta Empul.
Benda-benda dalam perjalanan Bung Karno di lantai dua. (Foto: Tagar/Luqman Hakim)
Yayasan Kepustakaan Bung Karno (YKBK) menjadi pendiri sekaligus pengelola dari Museum Agung Bung Karno. Yayasan ini sudah berdiri pada 1 Juni 1990. Gus Marhaen yang menyambut kehadiran Tagar, Kamis sore, 8 Agustus 2019, merupakan generasi ketiga dari keluarganya. Pria yang juga ketua YKBK ini mengungkapkan perjalanan dari Museum Agung Bung Karno.
"Saya generasi ketiga. Sebelumnya, sudah ada kakek dan ayah saya yang mengumpulkan dan menjaga, dengan tertatih-tatih, hingga kini menjadi bangunan kokoh lima lantai. Saya mengelolanya berdikari, seperti ajaran Soekarno tentang Trisakti, tidak mau jadi peminta-minta, dalam mengelola aset bangsa, sejarah bangsa dan pemikiran Soekarno yang didaulat sebagai bapak bangsa," ucap Gus Marhaen.
Jas, dasi dan topi yang pernah digunakan Bung Karno. (Foto: Tagar/Luqman Hakim)
Bukan perkara mudah untuk mengumpulkan dokumen tertulis hingga barang-barang ini dari tahun 1980an. Ada pihak yang secara sukarela menyumbangkan. Ada pula yang mematok harga untuk sebuah buku hingga benda. Pihak keluarga Bung Karno turut menyumbangkan benda-benda tak ternilai harganya ini. Ada sebuah mobil yang dipajang didepan museum, ada pula dipan tempat Megawati Soekarnoputri dilahirkan. Dua benda ini diberikan oleh adik Megawati, Sukmawati Soekarnoputri.
Gus Marhaen juga bercerita, belum lama ini pihaknya membeli sebuah Vespa Kongo. Vespa Kongo memang ada beberapa di Indonesia. Namun yang spesial, hingga Gus Marhaen merogoh kocek Rp 50 Juta, adalah bukti kepemilikan atas nama Sukmawati. Vespa ini dulunya juga digunakan Bung Karno bersama Fatmawati.
Suasana lantai empat yang didesain mirip kamar Bung Karno di Blitar, Jawa Timur. Ada sebuah dipan yang dulu merupakan tempat kelahiran Megawati Soekarnoputri. (Foto: Tagar/Luqman Hakim)
"Kalau Megawati mengatakan dalam kongres 'Bung Karno masih Hidup lo', ya itu memang benar, pemikirannya masih ada di sini. Ada Pancasila, proklamasi, persatuan, demokrasi, itu pemikiran Soekarno. Makanya kalau mau mengetahui, memahami, memahami, wajib hukumnya tahu sastra dalam buku-buku itu," tuturnya.
"Lalu ketika ditanya, barang mana yang paling berharga, saya bisa bilang bahwa semua barang yang ada di sini berharga, tidak ternilai harganya. Kita bicara tentang tempat duduk, tempat tidur, dokumen-dokumen, kalau orang paham, atau pengejar arsip kuno, ini semuanya sangat berharga," lanjutnya.
Museum Agung Bung Karno ini sudah dikunjungi Trah Soekarno. Presiden Joko Widodo juga pernah berkunjung pada 30 Agustus 2014. Lalu pada 22 November 2015, Megawati meresmikan museum ini, didampingi Puan Maharani serta Prananda Putra Prabowo.
Lalu, kalangan akademisi juga rutin berkunjung. Kini, tinggal menunggu kapan kader dan simpatisan PDIP memadati lokasi ini, sepadat kawasan Sanur saat kongres ke-V PDIP. []
Tulisen feature lain:
- Kongres V PDIP di Bali, Peserta Bangga Memakai Udeng
- Hari Lahir Pancasila 2018, Menyusuri Jejak Bung Karno di Pulau Ende