Yogyakarta - Matahari siang ini begitu terik, memancar di langit Yogyakarta, yang membuat segelintir orang mencari sesuatu untuk dapat menyegarkan tubuhnya dari serangan dehidrasi.
Di Jalan Kusbini, berjejer memanjang dari timur ke barat penjual es dawet ayu yang rasanya sangat khas tiada duanya. Tempat ini pastinya tidak asing lagi bagi masyarakat Yogyakarta.
Tepat di depan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Yasa, yang bertetanggaan dengan bengkel lokomotif peninggalan Belanda itu, para penjual es dawet ayu menjajakan dagangannya yang menyegarkan tubuh.
Hendri, 41 tahun, penjual es dawet ayu yang sudah satu dasawarsa berdagang menceritakan pengalamannya kepada Tagar.
Dia bukan lah warga lokal. Hendri hanya berusaha mencari nafkah untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya.
"Saya asli Banjarnegara dan di sini sudah sepuluh tahun" kata dia saat berbincang di lokasinya berjualan di Yogyakarta, Jumat, 6 September 2019.
Hendri menceritakan, dia datang beserta rombongan, rekan sejawatnya dari Banjarnegara yang berusaha menjaring rezeki di Kota Pendidikan dengan berjualan es dawet ayu.
Menurut dia, minuman yang dia jual memang berasal dari Banjarnegara dan rasanya sangat khas. Namun, kata dia, saat ini pedagang yang sama telah menyebar ke hampir seluruh penjuru negeri, dan dapat ditemui di kota besar, seperti Yogyakarta.
Di bawah rindangnya pohon kenari yang tinggi menjulang, pada siang bolong nikmat sekali untuk menyeruput es dawet ayu ini.
Es dawet ayu di Yogyakarta. (Foto: Tagar/Aji Shofwan Ashari).
Pembeli tidak usah risau dengan masalah harga, cukup mengeluarkan kocek dua lembar uang Rp 2 ribu-an saja, sudah dapat menikmati sensasi kesegaran yang dapat mengubur dahaga.
Menurut dia, harga yang ditawarkan di sini, tergolong sangat murah, amat berbeda dengan di kota besar lainnya seperti di DKI Jakarta dan Bandung yang harganya lebih tinggi.
Hendri mengatakan, dia berdagang setiap hari, dari pukul 09.00-17.00 WIB. Dia menjelaskan komposisi yang dibuatnya pun sama saja. Hanya, kata dia, beda tangan maka beda rasa.
"Dawetnya yang dibikin dari tepung beras, kemudian ditambah santan kelapa, gula aren yang manis, lalu ditambah lagi dengan potongan nangka kecil," ujarnya.
Menurut Hendri, hal ini yang menjadikan sensasi rasa es dawet ayu yang dia sediakan bisa mencapai puncak kesegaran nyata.
"Apalagi ketika musim kemarau, ramai sekali pembelinya," ucapnya tersenyum.
Sementara itu, Riris (23) dan Latif (23), yang merupakan dua mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga mengakui kesegaran es dawet ayu yang dijajakan Hendri.
"Saat sedang butuh segar-segar, saya sering ke sini (es dawet ayu) suasananya adem dan ditemani semilir angin," ucap Riris.
Menurut dia, lokasi tempat berdagangnya pun sangat strategis, sangat mudah dijangkau.
"Apalagi tempatnya di depan bengkel lokomotif tua Balai Yasa, jadi terkadang bisa lihat kereta yang lewat," kata Latif. []