Yogyakarta- Yogyakarta ternyata punya karakter wayang sendiri. Wayang ini tidak ada di daerah lain. Namanya, wayang kapi-kapi. Karakter wayang kapi-kapi berjumlah puluhan dan dikembangkan pada masa pemerintahan Sultan HB VIII.
Kapi-kapi adalah bagian dari pasukan kera dalam Ramayana. Ia membantu Rama saat melawan Kerajaan Alengka yang berisi para raksasa.
Sayangnya, tidak banyak orang yang tahu mengenai keberadaan wayang kapi-kapi. Wayang Jogja Night Carnival (WJNC) #4 yang diadakan di Tugu Yogyakarta dan sepanjang Jalan Margo Utomo, Senin, 7 Oktober 2019 malam, mengangkat wayang kapi-kapi sebagai tema utama.
"Memilih tema ini karena Sultan HB X gelisah, kebanyakan generasi muda sekarang tidak tahu kapi-kapi, padahal tokoh ini hanya ada di kisah wayang dari Yogyakarta," ujar ujar Yetti Martanti, show director WJNC #4.
WJNC #4 merupakan puncak acara HUT ke-263 Kota Yogyakarta. Seperti perhelatan sebelumnya, acara ini menampilkan karnaval dan penampilan dari 14 kecamatan di Yogyakarta.
WJNC #4 ini melibatkan 1.400 orang dari seluruh kecamatan di Yogyakarta. Terdapat tujuh seniman profesional sebagai tim kreatif yang membantu peserta dalam mengawal proses produksi peserta karnaval wayang, yaitu KPH Notonegoro, RM Kristiadi, Ali Nursotya Nugraha, Anon Suneko, Emerentiana Tri Ikhtiarningsih, Agung Tri Yulianto, dan Hermawan Sinung Nugroho.
Mereka memiliki keahlian dan peran masing-masing, namun tujuannya sama dan satu
Pada tahun ini, setiap kecamatan membawakan satu karakter kapi-kapi dan mempertontonkan melalui tarian serta atraksi di Tugu Yogyakarta.

Kecamatan Mantrijeron, misalnya, menampilkan wayang kapi Harima, yang memiliki badan dan ekor kera, namun berkepala. Kapi ini merupakan satu di antara bala tentara Pancawati pimpinan Prabu Ramawijaya, ia memiliki kecekatan dan kekuatan yang disegani oleh bala tentara Alengka.
Ada pula Kecamatan Gondomanan yang membawakan wayang kapi Wraha. Kapi berbadan kera dan berkepala babi hutan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari bala tentara Pancawati.
Kecamatan Pakualaman mengusung kapi Wercita atau Cacingkanil, yang berbadan kera serta berkepala dan ekor melilit seperti cacing. Ia juga merupakan satu di antara bala tentara Pancawati di bawah kepemimpinan Prabu Ramawijaya.
Kecamatan Umbulharjo memilih beratraksi dengan wayang kapi Jaya Anala atau kapi Anggeni, yang badan, wajah dan ekornya seperti kera, namun rambutnya menyerupai api yang menyala. Ia adalah ciptaan Bathara Brama yang menjadi salah satu bala tentara Pancawati.
Kecamatan Gedongtengen mengeluarkan wayang kapi Satabali berwujud kera berkepala ayam. Kapi ini bertugas menjaga pesanggrahan Swelagiri, yakni tempat Prabu Ramawijaya berdiam selama peperangan melawan bala tentara Prabu Dasamuka.
Kecamatan Ngampilan menampilkan wayang kapi Liman Dhesthi. Kapi ini memiliki badan perpaduan gajah dan kera. Bala tentara Pancawati ini berperan penting saat pengeroyokan Raden Kumbakarna.
KPH Notonegoro sebagai salah satu tim kreatif WJNC #4 menuturkan wayang kapi ini menjadi simbol keberagaman.
"Mereka memiliki keahlian dan peran masing-masing, namun tujuannya sama dan satu," ucapnya.[]